Tabanan (bisnisbali.com) –Sektor pertanian yang digadang-gadang menjadi alternatif pilihan untuk bisa mendorong geliat pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian kasus Covid-19 merupakan upaya yang tak mudah untuk dilakukan saat ini. Kondisi tersebut terjadi, meski Kabupaten Tabanan sebagai daerah lumbung pangan memiliki sejumlah komoditas pertanian untuk bisa dimanfaatkan sebagai penggerak laju pertumbuhan ekonomi.
Ketua Kadin Kabupaten Tabanan Loka Antara., S.Pt., M.Si, Senin (28/6) mengungkapkan, potensi jumlah komoditas pertanian di Tabanan untuk menopang pertumbuhan ekonomi di tengah pandemi Covid-19 ini memang ada banyak. Diantara komoditi tersebut, bahkan ada sejumlah komoditas yang berpotensi bisa ditonjolkan untuk bisa menembus pasar ekspor karena memiliki kualitas baik dan dibutuhkan oleh negara lain.
“Ada buah-buahan, hingga hasil produksi dalam bentuk umbi-umbian produksi petani Tabanan yang berpeluang bisa dimanfaatkan dalam kaitannya untuk menggerakan pertumbuhan ekonomi,” tuturnya.
Hanya saja menurutnya, dari potensi yang ada di sektor pertanian tersebut dalam kaitannya untuk bisa difungsikan sebagai penggerak perekonomian daerah, kondisinya tidak mudah saat ini. Penyebabnya adalah dampak pandemi Covid-19 yang berkepanjangan ini sudah mengakibatkan menurunnya daya beli pasar di dalam negeri, sehingga kondisi tersebut akan sangat berpengaruh pada serapan pasar hasil produksi pertanian lokal yang berpeluang tidak sebesar sebelumnya (sebelum pandemi).
Penyebab lain menurut Loka Antara adalah, sektor pertanian merupakan suatu usaha yang segala sesuatunya memiliki ketergantungan cukup besar pada cuaca dan musim. Belum lagi membutuhkan waktu produksi dan tingginya tingkat serangan hama atau penyakit. Akuinya, kendala itu pula yang membuat sejumlah komoditas ekspor buah hasil produksi petani Tabanan ini tidak bisa dilakukan pada tahun ini.
“Karena pengaruh cuaca sudah berdampak pada komoditi manggis yang merupakan salah satu komoditi ekspor, tahun ini tidak bisa dilakukan dengan optimal,” ujarnya.
Begitupun untuk pengembangan komoditas umbi-umbian, seperti porang dan talas beneng yang digandrungi sejumlah petani di Tabanan belakangan ini. Akuinya, hasil dari budi daya tersebut baru bisa dinikmati dua tahun dari tanam, sehingga membutuhkan waktu lama untuk bisa menikmati hasil usaha.
“Bercermin dari itu dalam jangka waktu dekat sektor yang mungkin diupayakan untuk menggeliatkan ekonomi adalah tetap mengacu pada sektor pariwisata,” tandasnya.
Di sisi lain harapannya, sembari fokus pada upaya menggeliatkan sektor pariwisata, sebagai antisipasi jangka panjang sektor pertanian ini sudah mulai harus diperhitungkan untuk digarap secara serius. Terlebih saat ini banyak generasi muda atau kaum milenial yang kembali melirik sektor pertanian akibat dampak pandemi.
“Momen ini harus dijaga oleh pemerintah dengan sejumlah kebijakan pertanian dari hulu hingga hilir, sehingga mereka ini bisa secara berkelanjutan terjun di sektor pertanian,” tandasnya.*man