Sabtu, November 23, 2024
BerandaBaliBali Diminta tak Terfokus pada  ''Open Border''

Bali Diminta tak Terfokus pada  ”Open Border”

Di tengah fluktuasi perkembangan kasus Covid-19 yang tak bisa diprediksi, menurut Ketua Pengusaha Hotel dan Restoran (PHRI) Kabupaten Tabanan, I Gusti Bagus Made Damara, wacana pembukaan koridor pariwisata Bali yang digadang-gadang sebagai upaya menggeliatkan ekonomi pulau dewata tak lagi menjadi fokus utama harus diupayakan sekarang ini.

Tabanan (bisnisbali.com) –Di tengah fluktuasi perkembangan kasus Covid-19 yang tak bisa diprediksi, menurut Ketua Pengusaha Hotel dan Restoran (PHRI) Kabupaten Tabanan, I Gusti Bagus Made Damara, wacana pembukaan koridor pariwisata Bali yang digadang-gadang sebagai upaya menggeliatkan ekonomi pulau dewata tak lagi menjadi fokus utama harus diupayakan sekarang ini. Saat ini meski berat, tapi harus ada pendekatan new normal baru di luar sektor pariwisata sebagai alternatif bagi Bali untuk mendongkrak ekonomi.

“Kini saatnya membangun opini yang tidak lagi berkutat hanya menggerakan ekonomi bali dari sektor pariwisata. Sebab sektor tersebut memang sangat rapuh, sehingga justru malah akan menimbulkan kekecewaan nantinya ketika tidak didukung dengan penurunan kasus Covid-19,” tutur Damara, Minggu (27/6).

Akuinya, pilihan mencari alternatif lain untuk menggeliatkan ekonomi Bali dari sektor pariwisata memang berat. Hanya saja, memang harus berani melakukannya, karena jika hanya terus bertumpu pada sektor pariwisata saja sebagai jawaban atas semua dampak yang sudah ditimbulkan dari pandemi Covid-19 ini, terlebih lagi pendekatan pada pariwisata mice, kemungkinan hal tersebut tidak akan menemukan titik terang karena ketidakpastian perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia dan juga di Bali cukup tinggi.

Di sisi lain jelas Damara, ketika Bali ini seandainya membuka koridor pariwisata untuk menerima kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), maka itu tidak sertamerta menjadi jaminan bahwa kunjungan wisman akan meningkat pada saat itu juga. Sebab katanya, dengan kondisi pandemi yang masih menghantui dunia, itu juga akan menjadi acuan bagi sejumlah Negara lain di dunia untuk membolehkan warga mereka bepergian atau berwisata ke luar negeri.

“Khususnya bagi Negara maju, mereka ini tentunya akan berhitung menyangkut risiko bagi warganya ketika bepergian ke luar negeri, karena itu kaitannya juga dengan risiko asuransi yang harus ditanggung Negara bersangkutan,”

Bercermin dari itu menurutnya, maka membuka koridor pariwisata Bali juga tidak akan maksimal untuk bisa memberi atau berdampak pada geliat ekonomi Bali nantinya. Sebab itu katanya, sekarang ini pemerintah harus berani merancang sebuah opini ke publik bahwa pariwisata untuk menggeliatkan ekonomi masyarakat di Bali sementara tidak menjadi fokus utama seperti sebelumnya.

Sebagai gantinya, pemerintah bisa menggali sektor pendukung sesuai potensi yang ada. Contohnya, kembali mulai mengoptimalkan sektor pertanian untuk tujuan pangsa pasar ekspor.

“Di Tabanan yang memiliki potensi tersebut, belum pernah saya dengar pemerintah membuat kebijakan yang ekstra keras dalam rangka mengoptimalkan potensi pertanian yang ada. Selama ini hanya wacana saja untuk mengangkat sektor pertanian,” tandasnya yang juga owner usaha Ngopi di Kebun.

Mewujudkan hal tersebut tentunya dibarengi dengan sebuah kebijakan dari pemerintah daerah, salah satunya dalam bentuk menggelontorkan benih hingga melakukan pendampingan di tingkat petani. Menurutnya, jika sektor pertanian dengan orientasi ekspor ini bisa dioptimalkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Tabanan, daerah lumbung pangan ini memiliki potensi “menyalip ditikungan” dalam menggerakan ekonomi di tengah pandemi ini.

Terlebih lagi di tengah pandemi ini akuinya, banyak anak-anak muda di Tabanan yang sebelumnya bergerak di sektor pariwisata, kini kembali melirik sektor pertanian. Sebab itu, kini tinggal bagaimana cara agar anak-anak muda ini semakin banyak yang melirik sektor pertanian.*man

Berita Terkait
- Advertisment -

Berita Populer