Jakarta (bisnisbali.com) – Untuk menjaga pertumbuhan kinerja yang berkelanjutan, BRI terus mengoptimalkan potensi ekosistem segmen ultra mikro atau UMi. Sebagai bank yang fokus pada UMKM, BRI mencatat potensi sangat besar di segmen usaha ultra mikro. Saat ini segmen usaha ultra mikro bagaikan fenomena gunung es di lautan.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM RI, 99% dari total unit usaha di Indonesia adalah segmen mikro dan ultra mikro. Dari total 63 juta unit usaha yang berada pada segmen tersebut, +48% atau sekitar 30 juta lebih unit usaha belum tersentuh layanan formal lembaga keuangan.
Direktur Utama BRI Sunarso memaparkan bahwa dalam road map yang direncanakan, usaha yang belum terlayani pada segmen tersebut harus bisa ‘tersentuh’ layanan keuangan. Strateginya, segmen usaha ultra mikro harus terlebih dahulu masuk ke dalam ekosistem bisnis yang dipersiapkan perseroan.
“Nanti di dalam ekosistem kita tetapkan, kita pilah-pilah mana yang harus disentuh dengan loan, mana yang harus disentuh dengan soft loan, mana yang harus disentuh dengan pemberdayaan saja,” ujarnya menjelaskan.
Dia menekankan, dalam pemberdayaan segmen ultra mikro tidak semua unit usaha layak diberi kredit. Dalam proses pengembangan usaha, pihaknya ingin melayani unit usaha dari level terbawah yang tergolong belum layak mendapatkan pinjaman.
Kunci dari peningkatan kelayakan memperoleh pinjaman ini adalah melalui eksekusi pemberdayaan sesuai kebutuhan pelaku usaha. “Jika sudah layak baru kemudian dikembangkan melalui layanan soft loan sampai ke komersial. Hal inilah yang perlu dikerjakan bersama dan menjadi cikal-bakal nasabah-nasabah yang nanti secara komersial bisa kita ikuti proses ‘naik kelasnya’,” ujar Sunarso lebih lanjut.
Sunarso mengatakan baik pihaknya maupun pemerintah memiliki pekerjaan rumah yang besar untuk memberdayakan usaha ultra mikro ‘naik kelas’. Proses pemberdayaan itu harus terstruktur, terprogram, dan tidak secara alami karena harus diberikan stimulus melalui sistem yang kuat.
Oleh karena itu, setiap pemangku kepentingan harus bersama-sama membangun ekosistem usaha ultra mikro yang tangguh dengan jaringan yang kuat. Dengan ekosistem akan tercipta usaha-usaha yang saling terkait dan mendukung. Salah satu caranya adalah dengan digitalisasi usaha dari tingkat ultra mikro.
Dalam proses digitalisasi, contohnya, BRI sudah menghadirkan layanan menggunakan aplikasi yang disebut BRISPOT. Melalui pemanfaatan aplikasi itu, BRI mereduksi proses layanan kredit dari dua minggu menjadi hitungan jam saja.
Digitalisasi pun memaksimalkan kinerja Agen BRILink yang saat ini tercatat berjumlah 458 ribu sebagai bagian dari ekosistem layanan keuangan masyarakat di segmen Mikro dan Ultra Mikro. Nominal transaksi Agen BRILink telah tumbuh pesat dari Rp35 triliun pada 2015, menjadi Rp673 triliun pada 2019, dan tahun ini BRI menargetkan transaksi Agen BRILink tembus Rp. 1.000 triliun.
Adapun dalam pembentukan ekosistem usaha ultra mikro ke depan akan membuat pelaku usaha ultra mikro dan UMKM lebih kuat. Seperti diketahui, proses pembentukan holding BUMN Ultra Mikro (UMi) tengah berjalan. Melalui keterbukaan informasi, diketahui bahwa BRI ditunjuk pemerintah sebagai induk holding, dan akan bersinergi dengan PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM guna lebih memberdayakan usaha ultra mikro.
Pembentukan holding dinilai akan mendorong ekosistem usaha di segmen tersebut lebih terintegrasi. Potensi yang sangat besar di segmen ultra mikro akan terjembatani untuk melahirkan solusi dan inovasi bersama dalam menghadapi tantangan perekonomian ke depan. *rah