Gianyar (bisnisbali.com) –PDAM atau Perumda Air Minum Tirta Sanjiwani (PAM TS) Kabuparen Gianyar mengalami penurunan pendapatan hingga Rp 1 miliar per bulan selama pandemi Covid-19. Sehubungan dengan itu, pihak PDAM Gianyar mengingatkan pelanggan agar membayar tunggakan untuk menutupi biaya operasional sehingga PAM TSĀ Gianyar bisa meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.
Direktur Utama PAM TS Gianyar Ir. Made Sastra Kencana saat dimintai konfirmasinya, Kamis (24/6) kemarin, menyatakan sampai Mei 2021 jumlah tunggakan pelanggan mencapai Rp 2,5 miliar. Pelanggan yang menunggak diberikan keringanan untuk membayar tunggakan secara mencicil.
Di samping permasalahan tunggakan, PAM TSĀ Gianyar dihadapkan masalah penurunan pendapatan diakibatkan pelanggan bisnis hotel dari niaga turun golongan menjadi pelanggan rumah tangga sehingga hanya dikenakan tarif dasar. Saat ini hampir 90 persen pelanggan PAM TS merupakan pelanggan rumah tangga.
Sastra Kencana menjelaskan, PAM TS mengalami penurunan pendapatan karena tahun 2020 tercatat 657 pelanggan berhenti berlangganan atau mencabut sambungan rumah. Di antara pelanggan ini ada yang berhenti dengan alasan tidak mampu membayar dan selanjutnya memilih menggunakan air sumur.
Hingga Desember 2019, pendapatan PAM TS Gianyar di kisaran Rp 7,3 miliar per bulan. Tahun 2020 pendapatan relatif stabil. Memasuki 2021, pendapatan PAM TS rata-rata turun Rp 1 miliar per bulan dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Ā Meski dana anjlok, pihaknya berupaya melakukan stabilitas pelayanan. Sebaliknya, pemakaian listrik dan keperluan biaya operasional lainnya dikurangi.
Menyikapi penurunan pendapatan, PAM TSĀ melakukan upaya revisi anggaran. Ini antara lain dengan efisiensi biaya listrik dan penghematan biaya alat tulis kantor (ATK). Penghematan juga dilakukan dalam perbaikan kerusakan atau kebocoran pipa. Kerusakan ringan kini ditangani pegawai PAM TS. Hanya kerusakan berat yang dikerjakan oleh rekanan atau mitra PAM TS.
Sastra Kencana menyampaikan seharusnya pendapatan PAM TS bertambah karena kewajiban penggunaan air tinggi seperti untuk mencuci tangan, mandi, bahkan mencuci pakaian lebih rutin saat pandemi Covid-19. Kenyataannya, konsumsi air dari pelanggan PAM TSĀ justru turun.
Oleh karena berkurangnya pendapatan, maka setoran Ā PAM TS ke Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga merosot. Sebelum pandemi, laba Rp 7 miliar lebih sehingga PAM TS menyetor ke PADĀ Rp 4,2 miliar. Pada 2020, laba turun menjadi Rp 1,5 miliar. Imbasnya, yang disetor hanya 55 persen ke PAD atau Rp 825 juta. Per Juni 2021, ada laba kotor Rp 1,2 miliar. “PAM TS berharap terus bisa bergerak melewati pandemi di semester pertama,” tambahnya. *kup