Tabanan (bisnisbali.com) –Kalangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kabupaten Tabanan rata-rata sudah memberlakukan relaksasi atau restrukturisasi ke hampir 50 persen nasabah yang terdampak Covid-19. Wujud keringanan pembayaran kredit tersebut mulai dari penurunan atau pengurangan suku bunga kredit hingga penambahan jangka waktu kredit.
Ketua Perbarindo DPK Bali Barat I Nyoman Gede Suamba, S.E., Senin (21/6) kemarin, menyatakan BPR di Kabupaten Tabanan yang bergabung dalam Perbarindo DPK Bali Barat terdiri dari 30 anggota BPR pusat dan cabang. Anggotanya rata-rata sudah memberikan relaksasi kepada hampir 50 persen nasabah debitur yang lama. Nilainya diperkirakan mencapai Rp 500 miliar. “Upaya tersebut guna meringankan beban keuangan kalangan debitur, sehingga kegiatan usaha mereka masih tetap berjalan dengan baik di tengah pandemi,” ujarnya.
Secara umum dampak pandemi berpengaruh pada performa semua lembaga jasa keuangan, termasuk kalangan BPR. Dampak tersebut salah satunya disumbang oleh penurunan kemampuan membayar oleh para debitur. Menyikapi hal itu, selain relaksasi atau restrukturisasi kredit, kalangan BPR selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kredit untuk mencegah risiko kredit atau dalam rangka menjaga kesehatan kredit yang disalurkan.
Di sisi lain, kondisi penyerapan dari penyaluran dana agak tersendat, karena calon debitur juga bersikap berhati-hati dalam mencari modal kerja untuk menghidupi usahanya saat ini. “Mereka (calon debitur) tampaknya hanya memanfaatkan perputaran usaha dari modal yang sudah ada. Ini menyumbang pertumbuhan dana mengendap di kalangan BPR yang cukup besar,” jelas Suamba yang juga Direktur Utama PT BPR Restu Dewata.
Ditambahkannya, sektor yang menjadi perhatian kalangan BPR untuk berhati-hati dalam menyalurkan kredit yakni usaha yang bergerak di bidang pariwisata karena menjadi sektor paling besar merasakan dampak langsung pandemi Covid-19. Selanjutnya sektor transportasi.
Sebaliknya, sektor usaha yang tengah diupayakan optimal dalam penyaluran kredit adalah modal kerja. Penyaluran kredit ke sektor pertanian dan peternakan diprediksi masih stabil. Sementara untuk properti mengalami penurunan dari sebelumnya 100 persen, kini mungkin masih berjalan 20 persen. *man