Denpasar (bisnisbali.com) – Krisis ekonomi yang kian curam tak dipungkiri akan membayangi daerah ini bila pandemi Covid-19 tidak bisa teratasi. “Bila kondisi sama seperti saat ini tidak ada out of the box atau extraordinary effort maka bisa saja kondisi ekonomi di daerah ini kian turun kian dalam. Tidak lagi resesi namun sudah masuk krisis,” kata praktisi ekonomi dari Undiknas University, Prof. Gede Sri Darma, DBA. di Renon, Senin (21/6).
Menurutnya kurva pertumbuhan ekonomi tidak lagi menyerupai hurup U namun sudah shape W. Kurva U menunjukkan grafik pemulihan ekonomi yang berjalan lambat, meskipun akhirnya kembali naik. Hal ini terjadi karena masa pandemi belum dapat dipastikan akhirnya. Sementara kurva bentuk W gafik yang menunjukkan resesi dalam ekonomi yang dapat pulih namun kemudian tersuruk lagi dan bergerak bangkit lagi. Kurva W layaknya ekonomi yang turun dua kali sebelum pemulihan.
“Resesi terjadi bila pelambatan dalam kegiatan ekonomi dapat berlangsung selama beberapa kuartal sehingga benar-benar menghambat pertumbuhan ekonomi sedangkan krisis terjadi sudah tidak pernah bergerak cepat,” papar Direktur Undiknas Graduate School (UGS) tersebut.
Kini yang perlu diwaspadai adalah krisis yang menimbulkan kriminalitas. Contoh terjadinya perampokan supermarket, minimarket akibat sudah tidak bisa makan. Kondisi ini yang harus diantisipasi agar tidak sampai terjadi. Untuk itu ia menilai pemberian stimulus-stimulus masih bisa dilakukan walaupun uang negara kian menipis. Upaya lainnya yang bisa dilakukan pemerintah daerah tidak lagi hanya terfokus pada sektor pariwisata yang selama ini menyumbang devisa bagi Bali.
“Sektor pariwisata saat ini mengalami penurunan sehingga solusinya sektor-sektor kecil lainnya yang harus ditingkatkan sehingga akan mencari keseimbangan,” paparnya.
Ia menilai saat ini adalah momentum untuk menyeimbangkan sektor-sektor yang kecil atau industri-industri yang sebelumnya bergerak kecil sehingga menjadi seimbang dengan sektor pariwisata. *dik