Nilai Tukar Produk belum Mampu Penuhi Kebutuhan RT Petani

Perkembangan indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali tercatat 91,93 pada bulan Mei 2021, turun sedalam  0,20 persen dibandingkan kondisi bulan sebelumnya tercatat 92,12.

230
MENURUN - Perkembangan indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali tercatat pada Mei 2021, menurun sedalam 0,20 persen dibandingkan kondisi bulan sebelumnya. (foto/eka adhiyasa)

Denpasar (bisnisbali.com) – Perkembangan indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali tercatat 91,93 pada bulan Mei 2021, turun sedalam  0,20 persen dibandingkan kondisi bulan sebelumnya tercatat 92,12. Penurunan ini dipengaruhi oleh turunnya indeks yang diterima petani (It) sedalam 0,65 persen, lebih dalam dibandingkan dengan penurunan indeks yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,45 persen.

Kepala BPS Bali Hanif Yahya menyampaikan It tercatat turun dari 99,47 menjadi 98,83 pada Mei 2021. Sedangkan Ib tercatat turun dari 107,99 menjadi 107,50. “Indeks NTP Provinsi Bali pada Mei 2021 masih berada di bawah angka 100. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam tingkatan tertentu nilai tukar produk yang dihasilkan petani belum mampu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga petani,” katanya.

Itu yang terdiri atas dua hal pokok. Pertama, konsumsi rumah tangga. Kedua biaya produksi pertaniannya.  Ia pun menyebutkan dari 5 subsektor yang menjadi komponen penyusunan indeks NTP,  hanya subsektor  peternakan yang mencapai angka 100 di Mei 2021.

Sementara subsektor tanaman pangan (padi dan palawija/NTP-P) pada Mei 2021, indeks nilai tukar petani subsektor tanaman pangan kembali tercatat menurun, yaitu sebesar 0,52 persen, dari 89,86 pada bulan sebelumnya menjadi 89,40. Penurunan ini disebabkan  oleh turunnya indeks yang diterima  petani (It) sedalam  1,22  persen sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) tercatat turun lebih dangkal, yaitu sebesar 0,71 persen. It tercatat turun dari 97,49 menjadi 96,30 pada Mei 2021. Sementara itu Ib pada bulan yang sama tercatat turun dari 108,49 menjadi 107,72.

“Penurunan pada It dipengaruhi oleh turunnya indeks harga pada kelompok padi (gabah) sedalam 1,39 persen, meskipun tercatat kenaikan sebesar 1,12 persen pada kelompok palawija,” terangnya.

Sementara itu, penurunan pada Ib dipengaruhi oleh turunnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,95 persen namun tertahan oleh naiknya indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,02 persen.

Di subsektor hortikultura (NTP-H) pada bulan Mei 2021 tercatat 92,52 atau turun sedalam 2,47 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat 94,86. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya It sebesar  2,88  persen,  sedangkan Ib tercatat turun lebih dangkal, yaitu 0,42  persen.

“Penurunan It disebabkan oleh turunnya indeks harga pada semua kelompok, dengan penurunan paling dalam tercatat sebesar 3,50 persen, terjadi pada kelompok sayur-sayuran (khususnya cabai merah, bawang merah, dan kol/kubis),” paparnya.

Disusul kelompok tanaman obat-obatan (jahe, kunyit, dan sirih) yang turun sedalam 2,79 persen dan kelompok buah-buahan (khususnya jeruk, pisang, dan rambutan) yang juga turun, yaitu sedalam 2 persen. Sementara itu, penurunan Ib disebabkan oleh turunnya indeks konsumsi  rumah tangga sebesar 0,60 persen sedangkan indeks  BPPBM tercatat naik sebesar 0,44 persen. *dik