Sabtu, November 23, 2024
BerandaBaliDTW di Tabanan Siap Sambut Bali  ’’Open Border’’

DTW di Tabanan Siap Sambut Bali  ’’Open Border’’

Daya Tarik Wisata (DTW) di Kabupaten Tabanan dinilai sangat siap menyambut wacana Bali Open Border (dibukanya pariwisata Bali) yang dirancang Juli mendatang.

Tabanan (bisnisbali.com) –Daya Tarik Wisata (DTW) di Kabupaten Tabanan dinilai sangat siap menyambut wacana Bali Open Border (dibukanya pariwisata Bali) yang dirancang Juli mendatang. Kesiapan tersebut khususnya pada tiga DTW yang oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan didorong menjadi zona hijau dengan melakukan vaksinasi Covid-19.

Tiga DTW itu yakni DTW Tanah Lot yang berada di daerah Beraban, Kecamatan Kediri, DTW Ulun Danu Beratan di Desa Candikuning, Kecamatan Batutiri, dan DTW Jatiluwih di Kecamatan Penebel.

Ketua Pengusaha Hotel dan Restoran (PHRI) Tabanan I Gusti Bagus Made Damara, Jumat (18/6) kemarin, mengungkapkan DTW di Kabupaten Tabanan sangat siap menyambut Bali Open Border pada Juli nanti karena masyarakat di sekitar kawasan sudah divaksinasi dan karakteristik rata-rata DTW yang ada merupakan destinasi yang menonjolkan keindahan alam atau tempat terbuka. “Kondisi alam yang terbuka didukung pula dengan penerapan protokol kesehatan (prokes) di kawasan objek. Saya rasa kondisi tersebut membuat DTW yang ada ini memang sudah siap dikunjungi wisatawan,” tuturnya.

Akan tetapi diakuinya, kesiapan DTW di Tabanan belum seirama dengan kesiapan sejumlah akomodasi pariwisata yang ada. Beberapa akomodasi pariwisata di Tabanan mungkin masih perlu waktu untuk menyiapkan diri menerima kunjungan setelah sebelumnya cukup lama nihil tamu, bahkan ada yang tidak beroperasi sehingga pendapatannya nol. “Selama ini pangsa pasar atau tamu yang datang ke Tabanan adalah wisatawan asing. Sebagian karakteristik usaha akomodasi pariwisata di Tabanan berada di gunung dan desa, bahkan ada yang tidak terjangkau Wifi,” ujarnya.

Itu pula yang membuat sejumlah akomodasi pariwisata di Tabanan belum banyak mengantongi Cleanliness, Healthy, Safety, Engiroment, Sustainability (CHSE) dari Kemenparekraf. Sebab, beberapa akomodasi pariwisata ini berpatokan pada kepastian dibukanya kunjungan wisatawan asing ke Bali, yaitu meski mengantongi CHSE tapi bila wisatawan tidak ada juga akan percuma.

“Di ketentuan CHSE tersebut mengatur terkait kesiapan prasarana pendukung yang artinya posisi akomodasi ini harus beroperasi. Nah, ketika tidak ada kunjungan sekaligus pendapatan, tentunya ketentuan itu akan susah dipenuhi oleh sejumlah kalangan,” kilah Made Damara.

Menurutnya, direalisasikannya open border tidak menjamin atau serta-merta berdampak pada meningkat signifikan kunjungan wisatawan asing. Ia memprediksi ketika pariwisata Bali dibuka Juli nanti, maka hingga akhir tahun 2021 sifatnya lebih banyak memberikan sinyal kepada dunia bahwa Bali sudah bisa dikunjungi, vaksinasi sudah dilakukan secara masif dan kasus Covid-19 telah melandai.

“Kunjungan wisatawan pada saat Bali membuka diri tidak akan naik signifikan. Terlebih lagi ada sejumlah negara di dunia yang membatasi kunjungan warganya ke luar negeri dan faktor ekonomi yang jauh menurun akibat pandemi,” papar pria yang juga ditunjuk sebagai Korwil Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) untuk Tabanan dalam rangka kebangkitan pariwisata Bali. *man

Berita Terkait
- Advertisment -

Berita Populer