Sabtu, November 23, 2024
BerandaBaliDelapan LPD di Tabanan Berhasil Bangkit

Delapan LPD di Tabanan Berhasil Bangkit

Selama kurun waktu 2019-2021, delapan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kabupaten Tabanan berhasil bangkit kembali setelah sekian lama mati suri (tidak aktif).

Tabanan (bisnisbali.com) –Selama kurun waktu 2019-2021, delapan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kabupaten Tabanan berhasil bangkit kembali setelah sekian lama mati suri (tidak aktif). Saat ini di Tabanan terdapat 308 LPD dari 349 desa adat dengan total aset Rp 1,8 triliun per April 2021.

Koordinator Lembaga Pemberdayaan (LP) LPD Kabupaten Tabanan I Dewa Nyoman Alit Astina mengungkapkan, di tengah dampak pandemi ada delapan LPD di Tabanan kembali bangkit setelah lama tidak aktif. Lima LPD berada di Kecamatan Baturiti meliputi LPD Abang, LPD Baturiti, LPD Titigalar, LPD Batunya dan LPD Jelantik. Dua LPD di Kecamatan Pupuan yaitu LPD Karya Sari dan LPD Pupuan, sedangkan satu LPD di Kecamatan Penebel yakni LPD Cepik.

‘’Pandemi Covid-19 memang berpengaruh pada pencapaian pendapatan LPD. Akan tetapi di balik itu, ada juga LPD di Tabanan justru berhasil bangkit di tengah kondisi pandemi ini,” tuturnya, Selasa (15/6) kemarin.

Upaya untuk membangkitkan delapan LPD yang mati suri sudah dilakukan sejak lama. Salah satunya dalam bentuk pendampingan atau pembinaan oleh LP LPD. Pada tahun 2019 dari 46 LPD yang tidak aktif, beberapa perlahan-lahan mulai bangkit kembali dan jumlahnya terus bertambah hingga mencapai delapan LPD tahun ini. “LPD yang berstatus tidak aktif, kami tetap motivasi untuk bisa bangkit kembali dengan selalu bersinergi bersama prajuru adat dan tokoh masyarakat di desa setempat,” ujarnya.

LPD berhasil bangkit setelah membuktikan diri beroperasi secara baik selama tiga bulan. LPD ini dimotivasi dengan memberikan dana bantuan bergulir (dana perlindungan). Dana bantuan bergulir merupakan salah satu bentuk perhatian pemerintah kepada LPD yang berusaha bangkit. Fokus utamanya untuk pendapatan LPD dengan tetap mengacu pada pengelolaan dana yang bisa dihimpun dari masyarakat di desa setempat.

Dana bergulir tersebut nantinya harus dikembalikan lagi oleh LPD bersangkutan, namun tanpa bunga. Kisaran dana bergulir Rp 20-50 juta, bahkan bisa mencapai Rp 100 juta bila LPD dipandang memiliki potensi besar dalam menghimpun dan mengelola dana masyarakat.

Alit Astina mengakui dibandingkan dengan sebelum pandemi, perolehan laba yang berhasil dihimpun oleh seluruh LPD di Tabanan mengalami tren menurun. Pada 2019 lalu laba yang mampu dihimpun mencapai Rp 56 miliar. Tahun 2020 yang merupakan awal terjadinya pandemi, perolehan laba LPD menembus Rp 41 miliar. Sementara per April 2021, perolehan laba seluruh LPD di Tabanan baru mencapai Rp 12 miliar dengan aset Rp 1,8 triliun.

Penurunan laba di antaranya disumbang oleh menurunnya pendapatan bunga dari sisi penyaluran kredit saat ini. Sementara biaya bunga (deposito, tabungan) yang ditanggung kalangan LPD meningkat. “Penurunan penyaluran kredit salah satunya disebabkan oleh kehati-hatian LPD menyalurkan pinjaman guna menghindari kredit macet,” kilahnya.

Ditambahkannya, meski mengalami penurunan laba, pandemi belum berdampak signifikan pada operasional LPD. Itu terjadi karena dana yang berhasil dihimpun LPD di tengah menurunnya penyaluran kredit ke masyarakat disimpan kembali di bank sehingga aman sekaligus membuat likuiditas LPD tetap terjaga dengan baik. Akan tetapi karena disimpan di bank, pendapatan bunga yang diterima LPD lebih kecil dibanding sebelumnya. *man

Berita Terkait
- Advertisment -

Berita Populer