Denpasar (bisnisbali.com) –Kantor Perwakilan Bank Indonesia (Kpw BI) Bali menilai kesabaran pelaku pariwisata untuk terus menjaga citra Bali sebagai pusat pariwisata Indonsia harus disupport dengan dukungan moral, perhatian penuh, kemudahan dan jika perlu dukungan finansial melalui program program PEN, pinjaman daerah dan dukungan lainnya.
“Termasuk ide travel bubble sebagai terobosan mendatangkan wisatawan mancanegara (wisman) harus kita dukung dengan kebijakan yang akomodatif,” kata Kepala KPw BI Bali, Trisno Nugroho di Denpasar.
Menurutnya sambil mengantisipasi pemulihan kinerja pariwisata dan kedatangan wisman dan wisnus, suatu hal yang bijaksana yaitu membuka kesempatan sektor sektor potensial non pariwisata. “Berdasarkan penelitian kami, sektor ekonomi kreatif, sektor pertanian dan sektor pendidikan memiliki prospek yang baik untuk menjadi penunjang pertumbuhan ekonomi Bali ke depan,” ujarnya.
Pandemi Covid-19 di dunia membawa implikasi pembatasan mobilitas global yaitu perlintasan manusia antarnegara sehingga berdampak pada penurunan jumlah wisman. Sampai dengan Mei 2021, jumlah wisman diprakirakan turun hingga 99 persen. Sementara itu kondisi covid di dalam negeri dan kebijakan pembatasan sosial berskala besar juga menyebabkan wisnus diprakirakan menurun hingga 60 persen.
Tidak hanya itu perhatian yang besar juga diperlukan keuangan daerah berupa percepatan realisasi belanja baik belanja operasional maupun pembangunan, karena keuangan daerah merupakan salah satu stimulus pertumbuhan ekonomi.
Trisno pun mendorong perbankan harus turut serta berpartisipasi dalam mendorong kembali kegiatan perekonomian, yaitu melalui tingkat penyaluran kredit yang baik dan tetap prudent kepada sektor-sektor ekonomi produktif. Kredit sektor akmamin masih bertumbuh positif 0,58 persen (yoy), sementara kredit sektor perdagangan dan konstruksi membaik masing-masing tumbuh -2,78 persen dan -5,79 persen (yoy).
Sementara pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) di Maret 2021 yang masih mengalami terkontraksi sebesar 3,79 persen (yoy), terutama pada rekening tabungan dan giro.
Implikasi kontraksi di pembiayaan maupun penghimpunan DPK perbankan tentunya tidak terlepas dari imbas pertumbuhan Bali yang masih lemah. Sebagai provinsi yang perekonomiannya ditopang oleh sektor pariwisata, secara spasial Bali tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar -9,3% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Bali tersebut menjadi pertumbuhan terendah di Indonesia.
“Namun demikian, pada triwulan I 2021, kami lihat pertumbuhan Bali mulai membaik, terlihat dari kontraksi yang tidak terdalam triwulan sebelumnya yaitu 9,85 persen (yoy). Kami memperkirakan untuk tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2021 akan lebih tinggi dari 2020, didukung dengan stabilitas sistem keuangan yang tetap terjaga,” paparnya.
Menghadapi berbagai tantangan di tengah pandemi Covid-19, kata Trisno, semua harus optimis bahwa perekonomian Bali akan bangkit kembali. Bank Indonesia berkomitmen untuk terus bersinergi dengan rekan kami OJK, pemerintah pusat, pemerintah provinsi, instansi vertikal, perbankan, asosiasi, pelaku usaha, dan seluruh lapisan masyarakat dalam meningkatkan kinerja ekonomi Bali. “Kami turut mendorong dan berpartisipasi aktif mendorong program vaksinasi sebagai salah satu game changer perekonomian Bali,” imbuhnya.
Perhatian yang penuh dari pemerintah pusat dan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat harus kita apresiasi dengan pelaksanaan vaksinasi secara sungguh-sungguh untuk mencapai herd imunity sebagai persyaratan penanganan covid dengan baik. *dik