Tabanan (bisnisbali.com) –Musim kemarau berpotensi menimbulkan dampak gagal tanam di sejumlah sentra pertanian padi di Kabupaten Tabanan. Itu terjadi menyusul petani di sejumlah sentra produksi yang memaksakan menanam padi di tengah minimnya pemenuhan pengairan di lokasi tersebut.
Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pertanian Tabanan, I Gusti Putu Wiadnyana, Kamis (27/5) mengungkapkan, jika tidak terjadi hujan maka musim kemarau ini berpotensi akan mengancam sejumlah sentra pertanian padi di Kabupaten Tabanan saat ini. Imbuhnya, potensi tersebut salah satunya terjadi di antaranya di Subak Dalam dan Subak Enggung wilayah Kecamatan Kerambitan dan di sejumlah subak di daerah Gubug dan Sudimare untuk di wilayah Kabupaten Tabanan.
Terangnya, di Subak Dalam dan Subak Enggung ini rata-rata baru satu bulan tanam padi, namun beberapa titik sudah mulai menunjukan adanya dampak kekeringan. Sementara di daerah Gubug dan Sudimara baru tahap mengolah lahan untuk persiapan tanam. Bercermin dari itu imbuhnya, jika pekaseh dan sejumlah prajuru di masing-masing daerah tersebut tidak segera mengatur pemanfaatan air untuk pengairan, maka ada potensi daerah tersebut mengalami gagal tanam akibat kemarau.
Sebenarnya Dinas Pertanian sudah menghimbau untuk sementara mengalihkan jenis budi daya ke palawija pada sejumlah sentra pertanian yang berpotensi terkena dampak kemarau. Tapi nampaknya sejumlah petani ini memaksakan kembali menanam padi karena perkiraan mereka air akan mencukupi. “Sayangnya perdiksi mereka meleset seiring dengan turunnya ketersediaan air akibat musim kemarau,” tuturnya.
Jelas Wiadnyana, musim kemarau ini berpotensi akan terjadi hingga Oktober mendatang. Bercermin dari kondisi tersebut katanya, sejumlah sentra produksi pertanian di Kabupaten Tabanan memang sangat riskan untuk penanaman padi karena kebutuhan pengairan belum tentu akan menjamin terpenuhi selama budi daya. Sebab itu sebaiknya, sejumlah sentra pertanian yang potensi pengairannya minim untuk menunda tanam padi dan beralih pada pengembangan tanaman jenis palawija.
“Saat ini saya belum menghitung total luasan sawah di Tabanan yang terdampak kemarau. Sebab saat ini saya juga belum baca laporan tanam per subak yang ada,” tandasnya.
Sebenarnya menyikapi musim kemarau ini dibutuhkan kemampuan subak dalam mengatur tata kelola pemanfaatan pengairan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan sistem sorong, di mana sistem tersebut mengalihkan air pada areal sawah di bagian atas untuk kemudian dilanjutkan mengairi areal sawah di bagian bawah ketika sudah penuh. *man