Sumbangan Sektor Pertanian pada PDRB Bali Naik Tahun Ini

Pengamat Pertanian Prof. Dr. Ir. I Nyoman Suparta, M.S., M.M. mengatakan, terhitung selama satu dekade sumbangan sektor pertanian (sektor ekonomi primer) pada tahun 2021 terhadap PRDB Bali mengalami kenaikan.

302
Prof. Dr. Ir. I Nyoman Suparta

Denpasar (bisnisbali.com) – Pengamat Pertanian Prof. Dr. Ir. I Nyoman Suparta, M.S., M.M. mengatakan, terhitung selama satu dekade sumbangan sektor pertanian (sektor ekonomi primer) pada tahun 2021 terhadap PRDB Bali mengalami kenaikan. Ini menunjukan sektor pertanian bisa meningkat tanpa harus mengurangi hal-hal yang ada di pariwisata.

Hal tersebut terungkap pada webinar yang digelar DPD HKTI Bali yang bekerja sama dengan dua perguruan tinggi di Bali, Sabtu (22/5) lalu. Secara rinci Prof. Suparta menjelaskan, pada tahun 2021, sumbangan sektor primer terhadap PDRB Bali mencapai 26,41 persen. Sementara sektor lainnya, yaitu sektor sekunder (industri dan perdagangan) 11,29 persen dan sektor tersier (pariwisata) 62,3 persen.

Jika dibandingkan 10 tahun sebelumnya (2010), sektor tersier sangat menggeliat dan sebaliknya terjadi pada sektor primer. Tercatat pada tahun 2010, sumbangan sektor tersier terhadap PDRB Bali mencapai 64,95 persen dan sektor primer mencapai 19,71 persen. Sementara untuk sektor sekunder hanya menyumbangkan 15,36 persen untuk PDRB Bali.

“Saat sumbangan sektor primer terhadap PDRB turun, kita disenangkan karena berhasil memacu pariwisata. Covid-19 ini membanting hal tersebut, sehingga menghadapi kesulitan, di mana pertumbuhan ekonomi terkontraksi, namun pada 2021 sektor primer meningkat, artinya pertanian bisa ditingkatkan tanpa harus mengurangi hal-hal di pariwisata,” terangnya.

Untuk itu, lanjutnya mengatakan, momentum pandemi Covid-19 ini diharapkan mampu memacu sektor pertanian di Bali. Di sisi lain, Bali juga bisa menyiapkan diri untuk menjadikan pariwisata berkualitas.

Demikian dalam menguatkan sektor pertanian, SDM menjadi poin utama yang harus ditingkatkan. Selama ini menurutnya, cara panen dan pengelolaan hasil merupakan salah satu titik lemah dari SDM pertanian. “Banyak hasil yang hilang saat panen, dan banyak kentungan yang hilang ketika tidak diolah hasilnya secara sempurna. Hal ini sangat mengurangi pendapatan petani,” ujarnya.

Petani diharapkan perlu bisa melakukan pengelolaan hasil pada tingkat primer dan sekunder, sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan. Hal ini kini juga telah didukung dengan teknologi panen dan pengelolaan hasil yang sudah tersedia. Dan menurutnya, hal ini bisa diperbaiki dengan menguatkan kelompok-kelompok pertanian. *wid