Denpasar (bisnisbali.com) –Pandemi Covid-19 berimbas pada sektor ekonomi di Bali. Kendati demikian, pandemi Covid-19 memberikan peluang bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) kalangan milinial untuk bangkit. Dengan tetap menerapkan protokol kesehatan ketat membuktikan kreativitas dan inovasi produk serta pengembangan pemasaran mengarah ke digital, UMKM kalangan anak muda ini malah bangkit di tengah pandemi Covid-19.
Pemilik Agatha Glass on Wood, Made Rian Putra Paramartha di Denpasar, Minggu (9/5) kemarin mengatakan, usaha terrarium atau banyak masyarakat mengenalnya dengan aquarium mini untuk ikan cupang kini lagi naik daun. Dalam artian banyak peminatnya.
“Seiring dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) banyak aktivitas orang yang dikerjakan di rumah saja. Alhasil keadaan ini membuat masyarakat dilanda kebosanan sehingga terrarium banyak dilirik warga agar betah di rumah namun bisa menyalurkan hobi,” katanya.
Pebisnis milenial yang masih duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini mengakui, keadaan inilah membuatnya tertarik untuk terjun di bisnis glass on wood. Pandemi Covid-19 yang menuntut orang di rumah saja dan banyak melakukan transaksi secara digital atau online menjadi pasar positif. Terbukti peminat akuarium kaca mini ini sangat tinggi dan menjadikan peluang bisnis menjanjikan.
Seperti apa peluang bisnisnya?. Rian menerangkan, bisnis baru dimulai pada Maret 2020 lalu. Peminat aquarium yang dikombinasikan dengan kayu sehingga mengahsilkan berbagi bentuk unik ini mudah diterima pasar dari anak muda hingga orang tua. Alhasil permintaan sampai saat ini bisa mencapai puluhan picis (pcs) dengan berbagai ukuran. Dengan harga mulai belasan ribu rupiah hingga ratusan ribu untuk ukuran 8 cm hingga 60 cm, ia mampu meraih omzet hingga Rp 50 jutaan atau meningkat dibandingkan awal-awal rintis usaha mencapai Rp 10 jutaan.
“Kunci keberhasilan kami dari inovasi dna kreativitas desain yang unik dan beda dari yang ada di pasaran,” terangnya. Itu tidak berlebihan mengingat material yang digunakan tidak hanya dari batang kayu jati semata, namun dikombinasikan juga dengan bahan resin, hiasan patung dan lainnya. “Ide desain dari kami sedangkan proses pembuatan diserahkan ke perajin kaca,” imbuhnya.
Terkait segmen pasar, kata Rian, tidak hanya orang Bali saja, melainkan pasar luar daerah seperti dari Tanggerang, Pati, Surabaya, Jember, Aceh, Medan Manado, Bogor, Lombok dan daerah lainnya.
“Pembelinya banyak dari luar daerah Bali karena kami menggunakan pemasarannya secara online seperti facebook, twitter maupun instagram. Termasuk menggunakan marketplace,” ujarnya.
Pemasaran dengan digital tersebut diakui sangat membantu di tengah kondisi pandemi yang menuntut orang tidak bertemu secara langsung. Kondisi ini juga mendukung kebijakan pemerintah untuk menekan penyebaran virus corona. Tidak hanya itu, Rian mengakui pembayaran dengan transaksi nontuani lewat QRIS juga membantu kontak langsung dan bersentuhan langsung dengan uang tunai yang memungkinkan mudah bagi penyebaran virus corona.
“Pandemi mulai menggeser prilaku dan cara transaksi konsumen di tengah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat. Kondisi iniah mendukung kelancaran bagi pelaku UMKM untuk bangkit,” jelasnya. *dik