Denpasar (bisnisbali.com) –Pengamat ekonomi dari Bank Indonesia M. Setyawan Santoso menyampaikan berdasarkan data BPS provinsi Bali pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan I tahun 2021 secara tahunan (yoy) menunjukkan angka negatif. Padahal pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2020 sudah terkontraksi -9,3 persen. “Meskipun demikian kita tak perlu berkecil hati dengan angka tersebut,” katanya.
Ia yang juga sebagai Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali ini menerangkan angka pertumbuhan ekonomi hasil perhitungan BPS bersumber dari 2 hal. Pertama kinerja perekonomian Bali triwulan I 2021. Kedua angka pembanding.
Ia menilai kinerja perekonomian Bali pada triwulan I sudah cukup baik. Sementara itu perhitungan tahunan (yoy) didasarkan pada perbandingan nilai dari triwulan ini dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu triwulan I tahun 2020.
“Ingat bahwa pandemi Covid 19 dinyatakan masuk ke Indonesia pada 2 Maret 2020 sehingga kebijakan pembatasan mobilitas (PSBB) baru diterapkan pada akhir bulan tersebut,” tegasnya.
Artinya, kinerja triwulan I tahun 2020 didukung oleh bulan Januari – Februari yang tumbuh sangat baik. Kinerja yang cukup baik ditahun 2021 dibandingkan dengan kinerja yang sangat baik di tahun 2020 menghasilkan angka negatif (kontraksi). Jadi sumber angka negatif adalah dari tingginya kinerja ekonomi tahun lalu. “Kita akui memang tantangan yang datang pada triwulan I tahun 2021 tidak lebih ringan dibandingkan tahun lalu,” ujarnya.
Menurut Emsan biasa ia disapa, pandemi masih melanda sehingga memaksa menahan laju mobilitas sosial. Dunia usaha terasa berat dipaksa bergerak dalam kondisi penuh pembatasan.
Kebijakan pengendalian pandemi telah diterapkan dengan sangat hati hati oleh pemerintah. Kebijakan persyaratan tes PCR pada akhir tahun dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM Mikro) bukan saja membatasi kunjungan wisatawan nusantara ke Bali, tetapi juga membatasi mobilitas masyarakat di wilayah Bali.
“Namun pada triwulan ini kita melakukan banyak melakukan strategi dan inovasi yang berbekal pengalaman yang kita alami sejak April tahun 2020,” paparnya.
Larangan berkerumun dan pembatasan jumlah orang dalam ruangan telah diatasi dengan cara work from home (WFH). Larangan pertemuan massa diatasi dengan pertemuan secara virtual. Larangan berkunjung ke pasar dan mall diatasi dengan belanja secara online.
Transaksi perdagangan di pasar berubah menjadi transaksi di market place. Transaksi pembayaran tunai berubah menjadi pembayaran dengan secara digital baik dengan transfer, dompet digital maupun dengan QRIS. Ini sebabnya transaksi dengan menggunakan e-comerce meningkat sejak bulan Agustus 2020 dan meningkat tajam sejak tahun 2021 baik secara nominal secara nilai transaksi.
Kelihatannya sebagian besar aktivitas tidak berkurang intensitasnya, namun aktivitas tersebut berubah mekanisme pelaksanaannya. Bahkan di antara aktivitas tersebut ada yang justru meningkat seperti pertemuan secara virtual yang bisa diikuti hingga ratusan orang. Rapat kerja yang biasanya dibatasi pada jam kantor kini bisa dilakukan hingga larut malam. Belanja di mal dan pasar dapat berubah menjadi belanja online dengan cakupan hingga ke luar daerah atau bahkan dari luar negri. Kesimpulannya, kinerja perekonomian pada triwulan I cukup baik. Hal ini didukung dengan nilai pendapatan regional sebesar sekitar Rp 36 triliun rupiah yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi pertengahan tahun 2020 yang lalu.
Ke depan, kinerja perekonomian Bali pada triwulan II tahun 2021 dipastikan lebih baik lagi. Angka yang lebih baik ini dibandingkan dengan kinerja tahun 2020 yang cukup rendah dipastikan akan menghasilkan selisih positif. Artinya, pertumbuhan ekonomi triwulan II tahun 2021 dipastikan positif. *dik