Mangupura (bisnisbali.com) –Terdapat fenomena di masyarakat, di mana rupiah masih dipandang sebagai sebuah instrumen transaksi dan belum diimbangi dengan rasa cinta, bangga serta pemahaman mengenai rupiah secara seutuhnya.
“Fenomena seperti penggunaan selain rupiah sangat disayangkan karena tidak hanya mencederai kedaulatan negara, tetapi juga memberikan dampak kerentanan terhadap fundamental perekonomian bangsa,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali, Trisno Nugroho di Nusa Dua.
Ia mengatakan, rupiah merupakan identitas dan simbol bangsa. Keduanya tidak dapat terpisahkan, namun sayangnya seringkali masyarakat lupa bahwa rupiah merupakan bagian dari perjalanan sejarah bangsa. Penggunaan mata uang tunggal rupiah menggambarkan persatuan dan kedaulatan Indonesia.
Karena itu sebagai sebuah simbol negara, BI secara konsisten mengangkat kisah perjuangan bangsa dan keragaman budaya pada desain uang rupiah salah satunya daerah Bali. Menurutnya, Bali patut berbangga karena menjadi daerah terpilih yang menghiasi desain uang rupiah seperti gambar pahlawan I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti Ketut Pudja, keindahan alam Bali yaitu gambar Pura Ulun Danu Danau Beratan, Tari Legong, Batara Kala, Tari Pendet dan terakhir penggunaan gambar Kain Gringsing pada Uang Peringatan Kemerdekaan 75 Republik Indonesia. Bali pun memiliki tempat tersendiri pada rupiah karena pahlawan, kesenian dan pemandangan alam Bali telah menghias rupiah yang seharusnya diikuti degan merawat dan memperlakukan uang dengan baik karena ada pahlawan dan budaya yang harus dihormati.
“Kebanggaan Bali yang diabadikan dalam rupiah menjadi kebanggaan seluruh rakyat Indonesia,” terangnya.
BI pun mengajak seluruh masyarakat untuk dapat mencintai, bangga dan memahami rupiah. Caranya mencintai rupiah dengan mengenali, merawat dan menjaganya dengan sepenuh hati. Mencintai dengan mengenal filosofi dan makna di balik desain uang rupiah.
“Selanjutnya mari merawat dengan memperlakukan rupiah secara baik dengan menghindari uang dari terlipat, tercoret, basah dan robek. Menjaganya dengan mengetahui cara mengenali keasliannya sehingga bersama dapat menghentikan pengedaran rupiah palsu,” imbuhnya.
Sementara bangga kepada rupiah dengan menggunakannya sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah baik tunai maupun nontunai, karena rupiah adalah simbol kedaulatan bangsa dan pemersatu bangsa. BI sangat berbangga terhadap pelaku usaha dan masyarakat Bali karena sebagai daerah pariwisata Bali sangat terdepan untuk memastikan rupiah sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah di tengah transaksi yang dilakukan wisatawan asing. Paham rupiah mengenai peran penting mata uang sebagai salah satu pilar stabilitas keuangan negara.
“Mari bijak memperlakukan rupiah dalam bertransaksi, berbelanja dan berhemat,” ucapnya.
Dalam konteks bijak berbelanja, adalah dengan belanja sesuai kebutuhan untuk menjaga dari terjadinya inflasi serta belanja produksi dalam negeri.
Sementara itu Gubernur Bali Wayan Koster menyatakan deklarasi cinta, bangga dan paham rupiah menjadi penting di tengah perkembangan digitalisasi transaksi ekonomi sebagai salah satu langkah menuju pemulihan ekonomi Bali. Gubernur Bali menyampaikan, perlu diyakini digitalisasi transaksi ekonomi yang terjadi di Bali seluruhnya masuk kedalam negeri dan diselesaikan dengan rupiah yang merupakan alat pembayaran yang sah dan simbol kedaulatan Negara Republik Indonesia.
Dalam kesempatan ini, Gubernur Bali mengajak seluruh pihak untuk menjaga dan mengamankan seluruh sumber daya agar dapat dirasakan oleh masyarakat Bali melalui penggunaan rupiah di seluruh kegiatan ekonomi Bali dan memastikan pengunaan rupiah sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah.
“Bali sebagai salah satu tujuan wisata internasional utama menjadi cerminan dari Indonesia dan menjadi tugas bersama selaku masyarakat Bali untuk memperlihatkan bagaimana Indonesia menjaga, merawat dan menggunakan rupiah terutama kepada wisatawan mancanegara,” paparnya. *dik