Denpasar (bisnisbali.com) – Pandemi Covid-19 berpengaruh signifikan terhadap konsumsi listrik di Bali. Aktivitas pariwisata yang masih lesu menjadi penyebab konsumsi listrik rendah. Hal ini dapat dilihat dari penjualan listrik PLN yang kian menurun.
Berdasarkan data yang didapat dari PLN Unit Induk Distribusi (UID) Bali, jumlah kWh yang terjual pada Maret 2021 mengalami minus hingga 23,71 persen jika dibandingkan Maret 2020 lalu. Kondisi minus hingga di atas 20 persen ini juga terjadi pada 2 bulan sebelumnya yaitu pada Januari minus 24,81 persen (yoy) dan Februari minus 26,04 persen (yoy).
Jika dilihat konsumsi dari bulan ke bulan, pada Maret 2021 penjualan kWh PLN UID Bali naik 10,95 persen dibandingkan Februari 2021. Sementara, penjualan 2 bulan sebelumnya masih dalam kondisi minus, yaitu Januari minus 2,44 persen dan Februari minus sebesar 13,43 persen.
Manajer Komunikasi PLN UID Bali, I Made Arya, Minggu (25/4), menjelaskan, terjadinya kenaikan konsumsi atau meningkatnya jumlah kWh yang terjual pada Maret 2021 dibandingkan Fabruari 2021 dikarenakan rentang perbedaan jumlah hari pada kedua bulan tersebut. “Pada bulan Februari kan cuma 28 hari, sedangkan Maret 31 hari. Jadi penjualan terlihat naik,” terangnya.
Lebih lanjut Made Arya mengatakan, penjualan listrik PLN telah mengalami minus sejak Mei 2020 yaitu sebesar 3,12 persen dibandingkan Mei 2019. Selanjutnya, minus terus terjadi dan bertambah pada bulan berikutnya. “Tertinggi itu terjadi pada Desember 2020 yaitu minus 13,02 persen,” ungkapnya sembari menambahkan, pada April (sudah dalam pandemi Covid-19) masih tumbuh 1,43 persen.
Sebelumnya, General PLN UID Bali, I Wayan Udayana mengatakan, pandemi Covid-19 memberikan dampak signifikan terhadap konsumsi listrik di Bali. Demikian di mengatakan, beban puncak yang terjadi tahun ini paling tinggi yaitu 700,6 MW. Sedangkan sebelum pandemi, beban puncak tertinggi di Bali sempat mencapai 980 MW. *wid