Mangupura (bisnisbali.com) – Kuta sebagai salah satu wilayah pariwisata di Bali sangat terdampak pandemi Covid-19. Ekonomi terpuruk, mengingat 90 persen masyarakatnya bergantung pada sektor pariwisata. Untuk bisa bertahan di masa sulit, kini sebagian besar masyarakat Kuta beralih mengelola usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Camat Kuta Nyoman Rudiartha saat ditemui, Senin (19/4) lalu, menjelaskan, dampak lumpuhnya sektor pariwisata membuat ekonomi masyarakat Kuta terpuruk secara keseluruhan. “Kalau kita lihat dari jumlah penduduk di Kuta, 90 persen bergantung di pariwisata. Kita bisa lihat sekarang Kuta sangat sepi dan memang dampak sektor pariwisata ini membuat ekonomi masyarakat terpuruk,” ungkapnya.
Sebagai upaya bertahan, dikatakan Rudiartha, semua sektor dan faktor memiliki peran. Selain dari sisi pemerintah, masyarakat dan pengusaha juga saling bahu-membahu menghadapi situasi sulit ini. Dari sisi masyarakat, saat ini banyak yang beralih ke sektor UMKM yaitu berjualan. Bahkan, tidak sedikit yang memilih menjadi pedagang kaki lima atau emperan.
Upaya masyarakat menyambung hidup tersebut mendapat dukungan pengusaha di wilayah Kuta. Pengusaha memberikan izin masyarakat untuk menggunakan tempatnya untuk berjualan jika dibutuhkan. Hal tersebut memang menjadi harapan Rudiartha, bagaimana para pelaku pariwisata di Kuta bisa membantu masyarakat. “Pelaku usaha mengarahkan masyarakat, jika memang tempatnya bisa digunakan, mereka mengizinkan untuk masyarakat berjualan di tempat itu,” terangnya.
Dalam upaya pemulihan ekonomi ke depan, pihaknya berharap agar pembukaan pariwisata bisa dipercepat. Salah satu upaya yang sudah dijalankan yaitu vaksinasi masyarakat. Di Kecamatan Kuta, sebanyak 85 persen masyarakat sudah mendapatkan vaksinasi. “Harapan kita begitu vaksin diberikan secara keseluruhan dan nanti akan ada kebijakan pariwisata, tentunya ini akan adanya timbal balik. Sehingga nanti bisa diarahkan, bahwa Kuta layak untuk dikunjungi karena semua masyarakat dan pelaku pariwisatanya sudah divaksin,” imbuhnya. *wid