Tabanan Ekspor Cokelat ke Qatar

Di tengah pandemi Covid-19, industri pengolahan cokelat di Kabupaten Tabanan mampu menembus pasar ekspor ke negara tujuan Qatar.

354
COKELAT - Bupati Sanjaya melepas ekspor olahan cokelat.

Tabanan (bisnisbali.com) – Di tengah pandemi Covid-19, industri pengolahan cokelat di Kabupaten Tabanan mampu menembus pasar ekspor ke negara tujuan Qatar. Volume ekspor mencapai 3 ton atau senilai Rp 1 miliar. Selain Qatar, ekspor sudah menyasar sejumlah negara di Asia.

Ekspor perdana olahan cokelat ke Qatar ini dilakukan oleh PT Cau Coklat Internasional (CCI) yang dilepas langsung oleh Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya, S.E., M.M., ditandai dengan pemotongan pita didampingi CEO Cau Chocolate Bali, Kadek Surya Prasetya Wiguna, di depan kantor PT CCI, Desa Cau, Kecamatan Marga, Senin (19/4).

Pada kesempatan tersebut, Bupati Sanjaya memberikan apresiasi setinggi-tingginya terhadap gagasan, ide, dan kegiatan dari perusahaan PT CCI ini. Ia berharap, ide ini menjadi inspirasi bagi pengusaha-pengusaha lainnya, bukan hanya yang bergerak di sektor komoditi cokelat saja, karena Tabanan memiliki banyak keunggulan komoditi, sehingga Tabanan betul-betul memiliki daya saing.

Dia menjelaskan, Tabanan memiliki potensi yang luar biasa khususnya di bidang pertanian. Bila sektor ini lebih dioptimalkan akan sangat menguntungkan seluruh elemen masyarakat di masa pandemi ini. Namun Sanjaya juga tidak memungkiri selama ini masyarakat Tabanan sangat dimanjakan dari sektor pariwisata, sehingga sektor pertanian tidak betul-betul dioptimalkan.

“Sebab itu saya mengajak seluruh elemen masyarakat Tabanan, khususnya generasi muda agar mencintai sektor pertanian. Karena generasi muda penuh kreativitas dan inovasi mampu mendorong kemajuan sektor pertanian dan pemerintah sangat berharap serta menunggu hal itu bisa terwujud,” tandasnya.

Sementara itu, Kadek Surya Prasetya Wiguna mengungkapkan, ekspor cokelat olahan ke Qatar ini merupakan kali pertama dilakukan dan jumlahnya cukup besar dibandingkan ekspor sebelumnya dengan tujuan di antaranya, Singapura, Malaysia, Jepang, Hongkong, dan Australia dengan volume 300 kg sampai 500 kg. Olahan cokelat yang diekspor ke Qatar ini adalah hasil produksi kakao dari 400 petani di Tabanan dan 600 petani di Jembrana.

Sumbangan produksi kakao petani Tabanan memang lebih kecil dibandingkan Jembrana, karena selain dari luasan yang memang lebih luas untuk sentra produksi kakao di Jembrana. Dari sisi ketentuan sertifikasi terhadap petani kakao, Jembrana juga lebih banyak dibandingkan petani di Tabanan. Bercermin dari hal itu, ia berharap Pemkab Tabanan memfasilitasi sertifikasi petani kakao.

“Kami mohon kepada Bupati Tabanan untuk memfasilitasi sertifikasi yang biaya berkisar Rp 100 juta sampai Rp 200 juta untuk satu tahun. Sertifikasi ini nantinya akan membuat petani kakao di Tabanan memiliki keunggulan produk, keunggulan kualitas, dan dipercaya oleh pasar internasional,” bebernya. *man