Tabanan (bisnisbali.com) –Sejumlah petani di Kabupaten Tabanan mulai melirik pengembangan budi daya sirsak madu. Petani melirik komoditas ini karena sirsak madu memiliki cita rasa buah yang lebih manis dibandingkan sirsak biasa serta memiliki tekstur buah yang terlihat segar. Selain memiliki nilai jual dari buah, daun sirsak madu juga punya nilai ekonomis dan biji sirsak dapat dikembangkan sebagai bibit.
Petani sirsak madu di Banjar Kebon Jero, Desa Munduk Temu, Kecamatan Pupuan, Ketut Suardika, S.E., Rabu (7/4), mengungkapkan, ia mencoba membudidayakan varietas sirsak madu yang merupakan pengembangan dari sirsak biasa pada umumnya. Sirsak madu ini dipilih karena memiliki sejumlah keunggulan dan cocok dikembangkan di daerah Pupuan. Selain itu, pengembangan ini juga sejalan tren permintaan pasar akan buah yang selalu mengalami pergeseran dengan menyasar buah berkualitas. “Pergeseran itu terbukti terjadi contohnya pada buah langsat yang tidak lagi dilirik oleh pasar, karena pasar kini lebih melirik buah duku dengan kualitas yang dinilai lebih baik,” tuturnya.
Dia memprediksi, hal sama juga akan terjadi pada sirsak. Konsumen tentunya akan melirik jenis buah yang sama namun memiliki keunggulan dari sisi mutu yang ditawarkan pada sirsak madu ini. Keunggulan dari sirsak madu atau yang disebut juga sebagai sirsak ratu di antaranya, memiliki cita rasa yang lebih manis dibandingkan dengan sisak pada umumnya, memiliki biji yang sedikit, dan menghasilkan buah tanpa mengenal musim sehingga itu tidak akan memicu anjloknya harga akibat produksi yang berlimpah dalam waktu bersamaan seperti terjadi pada buah umumnya.
Menurut Suardika, selain memiliki mutu yang unggul, produktivitas per pohon sirsak madu ini rata-rata mampu menghasilkan buah hingga 20 kg hingga 30 kg. Di pasaran, nilai bisnis buah sirsak madu masih stabil, dengan nilai mencapai Rp 65 ribu per kg. Nilai bisnis juga dihasilkan dari daun sirsak yang segar mencapai Rp 35 ribu per kg, biji sirsak siap tanam Rp 50 ribu per kg, dan biji buah sirsak madu siap semai mencapai Rp 345 ribu per kg.
“Sirsak madu ini saya budidayakan pada lahan salak yang sebelumnya tidak produktif dengan pengembangan mencapai 400 pohon. Bibitnya saya datangkan dari Jawa,” ujarnya.
Saat ini sebagian besar petani di Bali belum banyak yang membaca peluang tentang pengembangan sirsak madu ini. Hal itu sekaligus untuk kebutuhan bibitnya masih harus mendatangkan dari luar Bali saat ini. *man