Triwulan I 2021, Ekonomi Bali Terkontraksi

Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Bali mengestimasikan pertumbuhan ekonomi Bali masih mengalami kontraksi pada triwulan I tahun 2021.

425
PASAR – Aktivitas perdagangan di Pasar Kreneng. Salah satu sektor yang mendorong pertumbuhan ekonomi yakni perdagangan. (foto/eka adhiyasa)

Denpasar (bisnisbali.com) – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Bali mengestimasikan pertumbuhan ekonomi Bali masih mengalami kontraksi pada triwulan I tahun 2021. Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tersebut lebih baik dibandingkan posisi kuartal IV tahun 2020.

“Triwulan I estimasi kami ekonomi Bali masih terkontraksi, namun mulai ada perbaikan secara quarter-to-quarter (qtq) dibandingkan triwulan IV 2020,” kata Kepala KPw BI Bali, Trisno Nugroho, di Renon, Selasa (6/4).

Ia menegaskan, proyeksi pertumbuhan ekonomi Bali triwulan I di kisaran -3,25 persen hingga -4,25 persen. Kenapa itu terjadi, karena pembandingnya adalah PDRB triwulan I 2020 yaitu Rp 38 triliun dan triwulan I 2021 diperkirakan sekitar Rp 27,11 triliun, berdasarkan harga konstan. “Ekonomi diprediksi bertumbuh positif mulai dicapai pada triwulan II, III atau IV 2021,” ujarnya.

Keyakinan itu tumbuh karena dalam Bali Investment Forum mencuat bila Bali masih membuka investor dari luar daerah maupun luar negeri. Itu tentunya dengan izin dari pemerintah Bali sehingga bisa join dengan pengusaha lokal. Bali nantinya akan menjadi hub market ketika sudah dibuka.

Selain itu, sektor yang mendorong pertumbuhan membaik secara qtq yaitu pertanian dan perdagangan. Selain itu, konsumsi pemerintah, meski di awal tahun belum begitu besar namun cukup memberi pertumbuhan.

Dari sisi pengeluaran, komponen investasi pemerintah (pembentukan modal tetap) mulai bergerak karena sejak akhir 2020 hingga awal 2021, proyek mulai berjalan. Ia mencontohkan Pelabuhan Segitiga Emas Sanur – Nusa Penida, pembangunan pusat kebudayaan Bali di Klungkung juga mulai berjalan serta Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) di Pelabuhan Benoa.

“Tapi dampak proyek tersebut belum besar karena masih awal proyek, masih membangun pondasi-pondasi. Triwulan II akan lebih banyak pembangunannya. Pelabuhan Benoa juga tetap jalan, lumayan untuk mendorong atau menahan laju pertumbuhan tidak turun terlalu dalam di triwulan I 2021,” ungkapnya.

Di tempat terpisah praktisi ekonomi dari Unhi, Putu Krisna Adwitya Sanjaya, S.E., M.Si. memprediksi pertumbuhan ekonomi triwulan I di tahun 2021 ini tentu tidak dapat dilepaskan dari tren pertumbuhan ekonomi secara agregatif di tahun 2020 yang lalu. “Saya memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2021 akan sedikit lebih baik bila dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan 4 tahun 2020,” katanya.

Hal itu bisa terjadi karena dampak dari beberapa kebijakan pemerintah terkait pelonggaran aktivitas perekonomian. Ia mencontohkan pelonggaran jam buka operasional pusat aktivitas bisnis, memperbolehkan pelaksanaan upacara yang tentunya tetap mengutamakan protokol kesehatan (prokes) yang ketat.

Termasuk, pelaksanaan vaksinasi hingga pada rencana mulai akan dibukanya tiga zona hijau kawasan pariwisata yakni Ubud, Sanur dan Nusa Dua. “Setidaknya beberapa instrumen tadi dapat sedikit menjadi stimulus sehingga menyebabkan sedikitnya aktivitas perekonomian menjadi lebih menggeliat walaupun belum terlalu maksimal,” paparnya.

Sementara itu, Plt. Koordinator Fungsi Statistik Distribusi, BPS Provinsi Bali, I Made Agus Adnyana menyampaikan, dari sisi inflasi, Kota Denpasar tercatat mengalami inflasi  0,47 persen pada Maret yang ditunjukkan dengan peningkatan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,81 pada Februari 2021 menjadi 105,30 pada Maret 2021.

Sementara itu, tingkat inflasi tahun kalender (year to date/ytd) dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Maret 2021 terhadap Maret 2020) tercatat masing-masing setinggi 1,04 persen dan 0,52 persen.*dik