Denpasar (bisnisbali.com) – Pelaku usaha pariwisata menilai tiga zona hijau yaitu Ubud, Nusa Dua dan Sanur tidak perlu diperdebatkan. Sebab tiga kawasan itu hanya awal dari rencana dibukanya pariwisata di Pulau Dewata, karena ke depannya zona hijau harus merata di seluruh Bali.
Ketua PHRI Denpasar sekaligus Ketua Badan Promosi Daerah Denpasar, Ida Bagus Gede Sidharta Putra, di Denpasar, Kamis (18/3), mengatakan kedatangan Presiden RI Joko Widodo melihat vaksinasi massal memberikan harapan baru bagi masyarakat dan pariwisata Bali. Sebab, kontraksi ekonomi Bali paling buruk akibat pandemi Covid-19. “Sekaligus ini untuk mengantisipasi kesimpangsiuran Bali yang selama ini diberitakan akan buka untuk pasar mancanegara pada 2022,” katanya.
Tentang pemilihan zona hijau di Ubud, Nusa Dua dan Sanur, Gusde biasa ia disapa, menerangkan zona hijau itu persyaratannya ada vaksinasi mayoritas yakni 60 sampai 70 persen dari populasi, kesiapan industri dengan ada penerapan CHSE dan angka penurunan kasus Covid-19 secara global di masyarakat. Tiga zona hijau yang diharapkan tersebut sudah mewakili tiga kabupaten Badung, Gianyar dan Sanur. Itu merupakan tiga pilar dari kepariwisataan berdasarkan penetrasi pasar. Nusa Dua pun arahnya juga ke Kuta, Seminyak dan lainnya.
Ia pun menjelaskan, selama pandemi, Bali memerlukan prototype yaitu daerah yang mudah pelaksanaannya, penting daya dukung masyarakat, yayasan maupun desa adatnya. Tiga zona ini untuk sementara dipandang sebagai leader, sebagai daerah mempercepat pembukaan pariwisata.
“Mungkin saja daerah-daerah yang belum dibuka zona hijau terhambat tentang vaksinasinya. Tetapi prioritas pemerintah ke depannya sama, kalau bisa Bali semua dihijaukan,” jelasnya.
Oleh karenanya, Gusde berharap tidak perlu ada kecemburuan karena lambat laun semua akan menjadi zona hijau setelah mendapat vaksinasi. “Zona hijau adalah vaksinasi, sertifikat untuk bisnisnya dan penurunan angka positif dari masyarakat,” tegasnya.
Tidak perlu ada ada kekhawatiran, tiga zona hijau hanya contoh. Sebab siapa tahu baru setengah Sanur, daerah lain sudah hijau mengingat Bali mendapat prioritas dua juta vaksin. “Saya merasa gap tidak akan terlalu lama antara 3 area yang dimaksud karena daerah-daerah lain pun bisa segra hijau. Ini terjadi karena keterbatasan vaksin,” ungkapnya.
Tidak hanya jumlah vaksin namun perlu juga diperhatikan tenaga vaksinator yang masih kurang. Harapannya, tidak ada gap nantinya yaitu ada vaksinnya namun tidak ada vaksinatornya, ada vaksinator dan vaksinya tidak ada tempatnya dan masyarakat tidak mau divaksi. “Masalah inilah yang harus diutamakan terlebih dahulu,” sarannya.*dik