MESKI pandemi mengakibatkan bisnis melesu, namun kualitas produk tidak boleh diabaikan. Konsumen jangan sampai dirugikan. Hal inilah yang dijaga oleh produsen Kacang Rajawali.
Menurut Owner kacang Rajawali Ni Made Senentri, pihaknya sangat mementingkan kualitas produk. Kualitas dijaga mulai dari pemilihan bahan baku. Bahan yang digunakan diperoleh dari petani lokal yang ada di Klungkung.
“Kami langsung sendiri datang ke petani untuk memilih kacang yang berkualitas. Sebab, kami tidak mau barang yang kami pasarkan tidak sesuai dengan permintaan pasar apalagi kualitas yang sudah saya tawarkan menjadi turun,” ujarnya.
Dijelaskan lebih lanjut, meskipun pariwisata Bali saat ini mengalami mati suri tapi kami bersyukur masih bisa memproduksi terus bahkan sampai ke luar pulau. Justru permintaan yang banyak datangnya dari luar Bali. “Sehingga di masa pandemi ini yang justru banyak perusahaan yang merumahkan karyawannya, kami di Rajawali tidak sampai merumahkan karyawan. Kami masih bisa terus berproduksi walaupun tidak sebanyak waktu masih belum pandemi,” jelasnya.
Pihaknya merintis usaha Kacang Rajawali di tahun 1991. Sebenarnya, Kacang Rajawali pangsa pasarnya sektor pariwisata. Pertama kali berjualan kacang asin dari 10 kg kacang asin yang dititip di toko oleh-oleh yang ada di Jalan Sumatera. Seiring berjalannya waktu, makin banyak permintaan dan akhirnya pihaknya memproduksi lebih banyak lagi.
Di samping permintaan kacang asin, ada juga yang meminta untuk dibuatkan kacang disco. “Sedikit demi sedikit kita mencoba membuat kacang disco hanya untuk ke pelanggan kita saja. Di samping untuk meminta informasi ke pelanggan bagaimana produk kacang disco yang kami bikin supaya kacang disco enak untuk dinikmati oleh masyarakat luas, beberapa kali saya terus mencoba membuat kacang disco sampai saya menghasilkan rasa yang pas dan gurih enak untuk dinikmati. Perjuangan saya tidak mudah untuk menghasilkan rasa yang ngurih, perlu waktu tiga bulan saya membikin kacang disco yang layak saya pasarkan ke konsumen,” tuturnya.
Pihaknya juga mengembangkan keripik singkong, keripik pisang, dan berbagai macam sambel. Seiring dengan berjalannya waktu dan didasari niat tulus mendukung pariwisata di Bali, khususnya wisata kuliner, pihaknya terus berinovasi mengembangkan ide-ide kreatif menggarap makanan oleh-oleh khas Bali.
“Tapi semenjak pandemi ini produksi kami sedikit mengalami penurunan atau berkurang. Berkurang dalam hal ini bukan berarti mati tapi masih bisa tetap jalan. Justru di masa pandemi Covid-19 ini banyak sekali pesanan yang datangnya dari luar pulau. Itu pun dalam jumlah yang cukup besar dan ada sampai kita kontrak selama satu tahun,” ucapnya. *suk