Tabanan (bisnisbali.com) –Sejumlah petani di Subak Bengkel, Kecamatan Kediri, kian bergairah mengembangkan tanaman bawang merah. Seiring dengan musim tanam pada Maret ini, mereka berharap bantuan bibit yang kembali dialokasikan pemerintah (Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian) bisa disalurkan tepat waktu sesuai jadwal tanam.
Koordinator lapangan untuk bantuan benih bawang merah di Subak Bengkel, I Made Merta Suteja, Rabu (3/3) kemarin, mengungkapkan setelah panen padi rencananya budi daya dilanjutkan dengan pengembangan bawang merah pada pertengahan Maret nanti. Pengembangan bawang merah ini merupakan bantuan dari pemerintah pusat di areal seluas 20 hektar.
“Mudah-mudahan bantuan tersebut disalurkan sesuai jadwal tanam yang dilakukan pada pertengahan Maret, sehingga produksi di tingkat petani bisa berkelanjutan setelah panen padi. Cuaca mendukung dan waktu panen pas dengan momen Idul Fitri sehingga harga jual akan menguntungkan petani,” paparnya.
Merta Suteja menjelaskan, menjelang musim tanam ini sejumlah petani penerima bantuan yang disalurkan melalui kelompok telah melakukan persiapan tanam. Tahun ini jumlah petani penerima bantuan bawang merah di Subak Bengkel mencapai 200 orang yang masing-masing pengembangkan tanaman 10 are.
Ia melanjutkan, pengembangan bawang merah sebagai tanaman sela setelah panen padi direspons positif oleh petani. Itu tercermin dari tahun ke tahun petani di Subak Bengkel makin bergairah mengembangkan budi daya bawang merah. Diharapkan alokasi bantuan benih yang diberikan pemerintah bisa menyasar semua petani di Subak Bengkel yang jumlahnya mencapai 500 orang.
Budi daya bawang merah cocok dikembangkan di Subak Bengekl. Itu pula yang membuat sejumlah petani secara mandiri sudah biasa menanam bawang merah. Terlebih lagi adanya bantuan dari pemerintah pusat serta pendampingan dari pemerintah provinsi dan kabupaten tentunya makin membuat petani antusias mengembangkan bawang merah.
Selain didukung potensi alam, ketertarikan petani mengembangkan bawang merah karena harga jualnya ketika panen cenderung menjanjikan keuntungan. Contohnya pada musim panen bawang merah tahun lalu. Meski tingkat keberhasilan budi daya hanya mencapai 50 persen karena dampak cuaca yang tidak mendukung, harga jual yang didapat petani sangat menguntungkan saat itu. “Saat panen bawang merah tahun lalu petani tidak mengalami kendala saat menjual ke pasaran. Sebab, masih di sawah pun hasil petani dibeli dengan harga cukup baik, yakni Rp 25 ribu per kilogram,” jelasnya.
Selain itu, tambah Merta Suteja, hasil bawang merah semuanya dimanfaatkan. Daunnya laku untuk komoditi sayur bawang, sedangkan umbinya selain dijual juga bisa distok untuk bibit guna memenuhi kebutuhan musim tanam berikutnya. *man