Denpasar (bisnisbali.com) –Pandemi Covid-19 telah membuat transformasi digital makin tidak terbendung dan tidak terhindarkan, sehingga digitalization is a must. Masyarakat pun diharapkan bersiap menghadapi new normal. “Inovasi dan digitalisasi menjadi solusi kebangkitan ekonomi yang sangat relevan dengan kondisi saat ini,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali, Trisno Nugroho, di Denpasar.
Menurutnya, di tengah pandemi ini seluruh lapisan masyarakat terutama generasi milenial harus mampu beradaptasi dengan tatanan hidup baru serta mampu menciptakan inovasi-inovasi khususnya yang berbasis digital guna mendorong roda perekonomian agar dapat bangkit kembali. Pergeseran perilaku menjadi serba digital yang dibarengi dengan potensi digitalisasi yang tinggi memunculkan berbagai inovasi-inovasi layanan digital di berbagai sektor ekonomi. Contohnya, banking from home, is the new banking model. Semua pihak mengakses layanan perbankan secara nirsentuh dari mana saja dan kapan saja.
Muncul taxi delivery grocery, fuel on delivery, contactless services, resto at home hingga supermarket booking spot. Semua inovasi-inovasi digital ini memerlukan dukungan sistem pembayaran melalui penguatan digital payment from offline to online payment yang berbasis nirsentuh yang sesuai dengan rekomendasi WHO seperti QRIS.
Trisno menerangkan, Covid-19 telah menyebabkan perekonomian nasional mengalami kontraksi yang dalam. Pertumbuhan ekonomi nasional pada keseluruhan tahun 2020 tercatat terkontraksi sebesar -2,07 persen (yoy). “Adapun Bali sebagai penyumbang devisa pariwisata nasional terbesar menjadi provinsi yang paling terdampak dengan angka pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 sebesar -9,31 persen (yoy),” ujarnya.
Meskipun demikian, apabila dilihat perkembangan triwulanannya, pada triwulan IV tahun 2020 mulai terjadi tren pemulihan pertumbuhan ekonomi baik nasional dan Bali yang membaik masing-masing sebesar 1,30 persen (qtq) dan 0,94 persen (qtq). Adapun pemulihan ini selain merupakan hasil dari upaya penanganan Covid-19 yang dilakukan berbagai pihak, juga merupakan bukti bahwa masyarakat kini mulai mampu beradaptasi dengan kebiasaan perilaku baru yang sesuai dengan kondisi saat ini.
“Kita semua tentu sepakat bahwa pembatasan mobilitas manusia di tengah pandemi Covid-19 telah mendorong pergeseran perilaku menjadi serba digital dengan peralihan kegiatan yang dulunya mayoritas offline menjadi online,” terangnya.
Diakuinya, saat ini seluruh generasi terutama generasi milenial telah menjadi semakin akrab dengan digitalisasi. Sebut saja berbagai e-commerce lokal hingga mancanegara, aplikasi sosial media, aplikasi jasa pembayaran, aplikasi tiketing, aplikasi hiburan, aplikasi logistik, investasi, hingga aplikasi virtual meeting seperti webinar yang sedang dilakukan sudah sangat melekat di kehidupan sehari-hari semua.
Bank sentral mendata, Indonesia merupakan pasar besar dan sangat potensial untuk menyerap arus digitalisasi. Merujuk pada data riset “We Are Social (2020)”, penetrasi penggunaan smartphone, internet dan sosial media di Indonesia jauh lebih besar dibandingkan dengan negara berpopulasi besar lainnya dengan jumlah generasi milenials yang cukup dominan. Selain itu, saat ini jumlah start up digital sudah sangat besar jumlahnya di Indonesia mencapai 2.196 start up dan 5 di antaranya adalah Unicorn. *dik