SAMPAH plastik masih menjadi momok bagi lingkungan dan sektor pariwisata Bali. Inisiator plastic exchange, Made Janur Yasa, mengatakan melalui pertukaran plastik, komunitas peduli lingkungan berupaya mengedukasi masyarakat menangani sampah plastik melalui gerakan edukasi (edu-aksi) bersama.
Pria kelahiran Tabanan ini mengajak seluruh masyarakat membiasakan memilah sampah. Pemilahan sampah harus dimulai dari dapur setiap rumah tangga. Sampah yang tercampur tidak memiliki nilai. “Untuk itu sampah harus dipilah,” jelasnya.
Ia berharap para ibu rumah tangga saat memasak di dapur mulai belajar memilah sampah. Tempat  sampah plastik mesti dipisahkan dengan tempat sampah organik. Sampah plastik dapat ditukarkan saat pelaksanaan plastic exchange.
Plastic exchange atau penukaran sampah plastik dengan beras di Bali utamanya di Kabupaten Gianyar telah berlangsung selama delapan bulan. Aksi yang dilakukan gara-gara pandemi Covid-19 ini  terbukti mampu mengubah kebiasaan masyarakat. Sudah 250 banjar yang bergerak. Bahkan, dua desa rutin menggelar aksi ini setiap bulan, yakni Desa Batuan Kaler dan Desa Lodtunduh. “Selama aksi, sampah plastik yang terkumpul mencapai 300 ton,” tuturnya.
Sampah plastik yang terkumpul dipadatkan oleh pengepul, lalu dikirim ke Jawa. “Uangnya kami kembalikan lagi ke masing-masing banjar untuk membeli beras penukar dalam kegiatan plastic exchange,” tambahnya. *kup