Ini, Kunci Pemulihan Ekonomi Bali

Perekonomian Bali sangat terdampak pandemi Covid-19. Bahkan, pada triwulan IV 2020 sempat terkontraksi hingga 12,21 persen (yoy).

212
FGD - FGD yang berlangsung di Warung 63, Denpasar, Rabu (10/12).

Denpasar (bisnisbali.com) – Perekonomian Bali sangat terdampak pandemi Covid-19. Bahkan, pada triwulan IV 2020 sempat terkontraksi hingga 12,21 persen (yoy). Untuk membangkitkan kembali ekonomi Bali, kesehatan menjadi faktor pendukung utama, karena Bali sangat bergantung pada pariwisata.

Pengamat ekonomi, Prof. Dr. Ida Bagus Raka Suardana, S.E., M.Si., dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar, Rabu (10/2), bertempat di Warung 63, Denpasar, mengatakan Bali yang sangat bergantung pada pariwisata, sangat bergantung pula dengan kedatangan orang (wisatawan). Sementara saat ini kegiatan berkumpul tidak boleh, yang membuat kegiatan pariwisata terhenti dan semua jasa pariwisata minus.

Dalam kondisi ini, dikatakannya ekonomi Bali sangat sulit dan satu-satunya cara untuk membangkitkan perekonomian adalah dengan selesainya pandemi. “Apa yang harus dilakukan, itu semua kembali ke masyarakat yang harus lebih disiplin dalam penerapan 3M dan yang terakhir adalah vaksin,” ungkapnya.

Dalam waktu dekat, alternatif yang bisa dilakukan untuk sementara yaitu kegiatan belanja. Bagi yang masih memiliki uang agar membelanjakannya, demikian juga belanja negara dijalankan termasuk proyek-proyek juga berjalan. “Setidaknya itu bisa menguatkan ekonomi, karena jika menunggu pariwisata pulih, masih membutuhkan waktu yang lebih lama,” terangnya.

Hal senada diungkapkan Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Bali Kadek Muriadi Wirawan. Dia memaparkan, ketergantungan Bali terhadap pariwisata tidak hanya pada industri yang berkaitan langsung (direct) seperti perhotelan, restoran, pasar kerajinan dan sebagainya. Bahkan jauh dari itu, produk-produk pertanian dan bidang usaha lainnya juga sangat bergantung dengan pariwisata. Parwisata sebagai pasar dan saat ini pasar mancanegara hilang untuk sementara, sehingga yang harus disasar adalah pasar domestik.

“Momen hari raya dengan penyelenggaraan kegiatan menjadi pangsa pasar domestik, terbukti dengan terjadinya inflasi saat momen hari raya, namun itu harus bisa kita kontrol dengan menjaga kesehatan. Dalam situasi pandemi ini hal itu juga berdampak, dengan adanya pembatasan kegiatan masyarakat,” ujarnya.

Lebih lanjut dikatakannya, untuk menjaga pasar domestik tersebut, kesehatan menjadi hal yang harus diperhatikan serta vaksin yang segera bisa diberikan. Sebelum vaksinasi tuntas, disiplin masyarakat dalam menaati anjuran pemerintah menjadi kunci. “Jika perkembangan penularan virus bisa diatasi, aktivitas masyarakat bisa berjalan. Hal ini secara tidak langsung juga menumbuhkan kepercayaan bagi masyarakat luar negeri,” jelasnya.

Sementara itu, Sekjen Perbarindo Bali Bali Made Suarja mengatakan, tanpa kesehatan ekonomi tidak akan tumbuh. Maka dari itu, sebelum vaksin didapatkan seluruh masyarakat, anjuran pemerintah harus ditaati. *wid