Belum Ada Tanda Kebangkitan Industri Perhotelan

Awal tahun 2021 belum memberi harapan bagi industri pariwisata di Bali.

274
PARIWISATA - Pantai Kuta sepi sejak pandemi berlangsung. Sejauh ini, belum ada tanda-tanda kebangkitan pariwisata, sehingga nasib usaha hotel belum jelas. (foto/eka adhiyasa)

Denpasar (bisnisbali.com) – Awal tahun 2021 belum memberi harapan bagi industri pariwisata di Bali. Pengelola hotel di Bali mengaku kunjungan atau tingkat hunian jauh menurun dibandingkan tahun 2020 lalu yang membuat perjuangan lebih berat.

General manager salah satu resort di Ubud, I Wayan Parka mengakui tingkat hunian saat ini hanya sekitar 30 persen. Kondisi tersebut jauh berkurang dibandingkan tahun 2020. Bahkan pada Februari dan Maret mendatang pun, dia memprediksi, belum terlihat akan adanya peningkatan yang signifikan.

Menurutnya, kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya perekonomian masyarakat yang kian melemah ditambah kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang membatasi gerak dan niat wisatawan berlibur ke Bali. “Saat ini lebih banyak masyarakat yang memilih untuk saving daripada spending,” ungkapnya.

Hal senada diungkapkan general manager di sebuah resort di Mambal, Badung, I Wayan Sumandia. Dia mengungkapkan, memasuki tahun 2021 kondisi kunjungan wisatawan dan tingkat hunian di hotel yang dikelolanya sangat menurun. “Sangat jauh di bawah harapan dan malah lebih rendah dari bulan pertama kami mulai re-open di bulan Juli 2020 tahun lalu,” terangnya.

Hal ini disebabkan adanya penerapan kebijakan baru baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang menerapkan adanya pemberlakuan PSBB dan PPKM. Di samping itu, tahun 2020 beberapa perusahaan masih ada yang memiliki cadangan operasional dan jika kondisi ini masih terus berlanjut hingga pertengahan tahun, maka diprediksi situasi tahun 2021 akan jauh lebih buruk dibandingkan 2020.

Selaku pengelola, pihaknya mengaku sangat kesulitan dengan kondisi ini. Demikian juga pemilik hotel, dikatakannya, juga sulit. Mereka sudah kebingungan harus melakukan apa lagi. “Seandainya hal ini terjadi terus dalam 2 atau 3 bulan ke depan, saya yakin akan banyak lagi hotel-hotel yang akan tutup karena kami sudah tidak memiliki cadangan apa-apa untuk bisa tetap bertahan membiayai operasional. Walaupun sebenarnya dari tahun 2020 tidak sedikit usaha pariwisata yang sudah gulung tikar dan stop operasionalnya,” ungkap Sumandia.

Pihaknya mengaku sudah melakukan semua kiat dan cara untuk melakukan promosi agar tetap bisa bertahan dan memberikan penghasilan sedikit untuk karyawan. Mulai dari menurunkan harga kamar  70 persen sampai 75 persen dari harga normal, membuat paket murah mulai dari paket staycation, paket berenang, paket spa dan banyak lagi. Namun karena sasaran paket tersebut hanya wisatawan lokal dari Bali maka permintaan tidaklah sama seperti wisatawan mancangera. Di sisi lain, situasi perekonomian terutama di Bali juga sangat terpuruk, sehingga promosi yang dilakukannya pun tidak memiliki hasil yang maksimal. *wid