Triwulan III 2020, Daya Beli Masyarakat Melemah

Konsumsi BBM, gas dan listrik pada triwulan III tahun 2020 menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

240
LISTRIK - Petugas PLN melakukan pemeliharaan jaringan listrik. Konsumsi listrik di Bali pada triwulan III 2020 tumbuh negatif dibanding periode yang sama tahun 2019. (foto/eka adhiyasa)

Denpasar (bisnisbali.com) – Konsumsi BBM, gas dan listrik pada triwulan III tahun 2020 menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lapangan usaha ini tumbuh minus 23,96 persen (yoy). BPS menilai, penurunan ini sebagai sinyal tidak bergeraknya dunia usaha khususnya usaha akmamin, transportasi dan pergudangan, serta lemahnya daya beli masyarakat.

Berdasarkan data BPS Provinsi Bali konsumsi listrik pada Desember 2020 tumbuh minus -19,34 persen (yoy). Sedangkan konsumsi bahan bakar minyak yaitu gasoil (biosolar, dexlite dan Pertamina Dex) berdasarkan data Pertamina MOR V pada Januari 2021 di Bali sebesar 11.700 KL dan konsumsi gasoline (premium, pertalite, pertamax dan pertamax turbo) sebesar 58.000 KL. Jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, angka ini diprediksi menurun.

Statistisi Ahli Muda Subkoordinator Fungsi Statistik Harga Konsumen dan Harga Perdagangan Besar BPS Bali Ni Made Inna Dariwardani mengatakan, pada 2020 di Denpasar terjadi pelemahan harga barang selama 6 bulan. Sedangkan, di Singaraja pelemahan harga barang terjadi selama 4 bulan.

Pelemahan harga terjadi karena permintaan yang menurun. Sementara menurunnya permintaan juga menjadi salah satu indikasi bahwa kemampuan masyarakat untuk membeli barang-barang melemah. Bahkan secara keseluruhan di tahun 2020, perubahan harga barang di Bali hanya 0,80 persen atau jauh di bawah range target Bank Indonesia yaitu 3,5 plus minus 1. Angka inflasi ini lebih rendah dari inflasi nasional yang mencapai 1,68 persen (yoy) dan menjadi inflasi terendah sepanjang sejarah.

Inflasi yang rendah atau bahkan deflasi mengindikasikan daya beli masyarakat menurun, karena inflasi rendah atau deflasi yaitu kondisi terjadinya penurunan harga barang. Harga barang turun karena tidak terserap pasar. “Supply banyak tapi demand turun, sehingga harga turun. Supaya ada yang menyerap, makanya harga diturunkan,” jelasnya.

Menurutnya dari data inflasi tahun 2020, pandemi justru menyerang masyarakat perkotaan dengan penurunan harga yang lebih rendah dari Singaraja. Indikator lain yang bisa menjadi petunjuk kemampuan beli masyarakat adalah komponen konsumsi rumah tangga dalam penghitungan PDRB Bali. Pengeluaran konsumsi rumah tangga di Bali pada triwulan III 2020 yaitu -4,82 persen (yoy). Sementara kontribusi konsumsi rumah tangga pada pertumbuhan ekonomi Bali sangat besar yaitu 54,06 persen.

Awal tahun 2021 terjadi pergerakan harga yang cukup tinggi di Denpasar yaitu 0,77 persen dan Singaraja 0,94 persen. Namun kenaikan harga ini disebabkan oleh peningkatan komoditas pertanian terutama cabai, dan rokok. *kmb42