PANDEMI Covid-19 yang membuat aktivitas masyarakat serba terbatas memberi pukulan keras bagi pelaku pariwisata di Bali yang sangat bergantung pada wisatawan mancanegara. Namun, hal ini tidak serta-merta membuat pelaku pariwisata berdiam, melainkan harus berinovasi dan berupaya untuk bisa bertahan.
Hal itu dilakukan salah seorang Corporate Manager, Bayu Gautama, yang baru bergabung di salah satu perusahaan manajemen hotel di Bali. Ia memutuskan bergabung dengan perusahaan manajemen hotel di tengah pandemi Covid-19 yang masih menghatam ini sebagai sebuah tanggung jawab besar dengan penuh tantangan.
Pria asal Tabanan ini mengatakan, menjalankan suatu manajemen di tengah pandemi tidak mudah karena banyak hal yang harus dipertimbangkan. Salah satunya dan yang terpenting adalah kesejahteraan karyawan baik itu material maupun nonmaterial. “Dua hal ini sangat berkaitan karena happy employee sama dengan happy customer yang pada akhirnya pelanggan akan memberikan pendapatan untuk perusahaan,” ungkapnya.
Di masa pandemi dan keputusan pemerintah memperpanjang PPKM menambah tantangan yang dihadapi pelaku usaha pariwisata. Baginya keputusan pemerintah ini tidak bisa diredam. Lebih baik fokus dengan tiga hal yang bisa dikendalikan, yaitu menerapkan CHSE, menetapkan tarif yang sesuai dengan daya beli lokal serta melayani tanpa mengurangi kualitas yang diberikan.
Satu hal lagi yang penting sekarang dalam dunia perhotelan menurut pria 25 tahun ini yakni menjalankan protokol kesehatan di mana pun termasuk di lingkungan kerja untuk mencegah penyebaran Covid-19. “Kita semua tahu ini adalah salah satu kunci pemulihan pariwisata di Bali,” terangnya. *wid