Ekspor BBL Dihentikan, Begini Respons HNSI Tabanan

Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Tabanan, Ketut Arsana Yasa menyayangkan kebijakan terbaru Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang menghentikan ekspor benih bening lobster (BBL).

236
SIMULASI - HNSI Tabanan sempat menggelar simulasi penangkapan BBL ke nelayan.

Tabanan (bisnisbali.com) – Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Tabanan, Ketut Arsana Yasa menyayangkan kebijakan terbaru Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang menghentikan ekspor benih bening lobster (BBL). Pihaknya keberatan karena meski potensi itu belum digarap secara optimal oleh nelayan di Tabanan, ekspor BBL akan memberi pendapatan tambahan bagi mereka di tengah pandemi Covid-19.

“Dari kajian, waktunya cukup panjang, 2017-2019. Selama dua tahun itu kami melihat BBL di laut lepas kalau tidak ditangkap berpotensi banyak mati sebagai santapan predator laut lainnya. Mengacu dari itu, saya menyayangkan kebijakan pemerintah yang menghentikan ekspor BBL,” tutur Ketut Arsana Yasa, Kamis (28/1).

Menurutnya, semestinya kebijakan ekspor BBL tetap dibuka, tetapi jangan sampai terjadi percaloan. Biarkanlah hukum dagang para pengusaha yang berjalan, sehingga nilai jual tangkapan nelayan menjadi murni atau lebih tinggi. Itu akan menyejahterakan para nelayan di pesisir terlebih lagi di tengah pandemi Covid-19.

Selain itu, jelas Arsana Yasa yang juga anggota DPRD Tabanan, dalam rantai bisnis penangkapan BBL ini tidak hanya nelayan sebagai penangkap yang akan menjadi sejahtera. Perdagangan ekspor BBL juga akan membuat banyak kalangan yang kecipratan pekerjaan. Di antaranya pembuat alat tangkap BBL yang menggunakan bahan baku dari tapis kelapa. Petani pemilik kelapa juga berpeluang menikmati pendapatan tambahan selain dari penjualan buah kelapa dan janur karena tapis sebenarnya barang yang tidak bernilai (sampah).

Arsana Yasa mengakui potensi Tabanan untuk tangkapan BBL cukup besar. Sebab, jumlah tangkapan lobster di sepanjang pantai di Tabanan cukup melimpah, namun selama ini belum fokus untuk mengemas BBL sebagai komoditi bisnis menjanjikan. Selain itu, sebelum kebijakan penghentian ekspor BBL sudah dilakukan berbagai sosialisasi ke nelayan. Bahkan, pihaknya sempat melihat langsung potensi tangkapan BBL yang dilakukan oleh nelayan di Pancer, Jawa Timur, dan mengajak melakukan kerja sama untuk sosialisasi cara penangkapan BBL ke nelayan di Tabanan.

“Dari kerja sama itu, kami sudah pernah melakukan percobaan untuk menangkap BBL di Tabanan. Namun, pada percobaan tersebut hasilnya belum sesuai harapan seperti yang didapat oleh nelayan di Jawa Timur,” paparnya. *man