Denpasar (bisnisbali.com) – Pemanfaatan platform digital oleh usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk promosi, transaksi dan pembayaran masih belum masif. Hal ini lantaran masih adanya kendala dari sisi pengetahuan akan platform digital, sarana dan prasarana yang belum mendukung, meskipun ekosistem digital saat ini sudah masif.
“Untuk itu, dalam rangka mendorong pemanfaatan platform digital dan pembayaran nontunai secara masif oleh UMKM, Bank Indonesia (BI) bekerja sama dengan pemerintah daerah, beberapa bank dan pihak lainnya melakukan kampanye dan on boarding untuk meningkatkan literasi dan pemanfaatan platform digital bagi UMKM Bali,” kata Kepala Perwakilan BI Bali, Trisno Nugroho di Renon, Selasa (26/1).
Terkait hal itu, BI melakukan pembinaan terhadap UMKM. Mekanismenya, memberikan bantuan dari sisi hulu sampai dengan hilir sekurang-kurangnya tiga tahun sampai mandiri. Hal itu meliputi memberikan bantuan teknis produksi atau budi daya, bantuan saprodi, pendampingan tetap oleh Tim Pendamping Lapangan, penguatan kelembagaan, administrasi pembukuan usaha UMKM, mengikutkan UMKM binaan pada banyak event promosi dan business matching, baik di level daerah, nasional dan luar negeri.
BI juga memberikan fasilitasi untuk mendapatkan pembiayaan dari bank, serta mengikutkan kegiatan on boarding agar UMKM binaan dan mitra untuk meningkatkan kemampuan berpromosi dan pemasaran produk menggunakan platform digital, pembayaran nontunai dan digital seperti QRIS dan mobile banking. “Serta memperkenalkan cara akses ke market place yang ada saat ini baik lokal, nasional dan internasional,” ujarnya.
Trisno pun mengungkapkan, BI tidak memberikan dukungan modal usaha kepada UMKM binaan, namun memfasilitasi UMKM binaan untuk mendapatkan pembiayaan seperti KUR dan kredit mikro dari bank. Jumlah UMKM binaan dan mitra KPw BI Provinsi Bali saat ini sebanyak 36 UMKM di seluruh Bali. UMKM binaan BI sebagai bentuk contoh atau model pembinaan dan pendampingan dari mulai produksi, manajemen keuangan dan penjualan, dan pada akhirnya UMKM dapat berdiri mandiri untuk malakukan usahanya.
“Nantinya pelaku UMKM tersebut dapat membantu masyarakat sekitarnya untuk memproduksi hasil-hasil karyanya dengan pembinaan yang serupa sehingga nantinya menjadi pelaku UMKM yang berkembang di sekitar wilayah UMKM tersebut,” jelasnya.
Sektor UMKM binaan BI Bali meliputi pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, kerajinan, tenun atau songket, produk fashion wanita, produk makanan olahan dan desa wisata. Sektor-sektor tersebut secara umum terkait dengan sektor yang mendukung ketahanan pangan dan pengendalian inflasi. Termasuk pula, sektor yang mempunyai potensi produk-produknya dapat diekspor untuk menghasilkan devisa untuk Indonesia dan tentunya mensejahterakan pelaku UMKM dan masyarakat sekitarnya.
BI Bali, kata dia, saat ini sudah membangun data base UMKM berbasis web yang bernama BALI UMKM CENTRE, yang menyediakan data dan profil UMKM dari seluruh sektor ekonomi yang ada di Bali. Selain berisikan data jenis produksi, pemilik usaha, alamat, nomor hp, foto-foto produk yang menarik, juga menyajikan informasi media sosial yang digunakan untuk berpromosi, serta info QRIS untuk bertransaksi. “UMKM tersebut akan diberikan informasi dan update terkait pelatihan dan berbagai macam informasi terkait digitalisasi transaksi pembayaran dan penjualan melalui market place,” tegas Trisno.*dik