Denpasar (bisnisbali.com) – Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) jilid II atau diperpanjang hingga 8 Februari 2021 diprediksi akan memunculkan model bisnis baru bagi kalangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Pemerhati ekonomi dari Undiknas University, Prof. Dr. Gede Sri Darma, DBA. di Renon, Senin (25/1), mengatakan ada dampak positif dan negatif dari PPKM Bali diperpanjang selama 14 hari yaitu mulai 26 Januari hingga 8 Februari 2021. “Dampak positif pertama tentu akan memunculkan kebiasaan baru di masyarakat dari pelaksanaan PPKM,” katanya.
Dampak positif kedua tentu akan memunculkan atau mencari model bisnis baru. Model bisnis akan mengarah ke pelayanan digital. Mindset pelaku UMKM akan berubah dalam berbisnis, pangsa pasar yang dituju maupun produksi yang akan lebih lincah dan kreatif. “Dampak positif lainnya jika menerapkan protokol kesehatan dan PPKM berhasil maka zona hijau terbentuk sehingga ke depannya wisatawan asing akan datang ke Bali,” paparnya sambil mencontohkan Tiongkok kini pertumbuhan ekonomi sudah mulai positif.
Sementara, dampak negatif jika PPKM terus diperpanjang akan menaikkan stres. Masyarakat yang stres akan memunculkan bahaya karena kriminalitas meningkat. Kata dia, tingkat stres tinggi bisa karena menjual barang tidak laku.
Prof. Sri Darma pun melihat, dari kacamata pemerintah, perpanjangan PPKM hanya dilakukan sekali agar tidak membahayakan atau membuat masyarakat cemas. “Lebih baik dua minggu diperpanjang seiring masa inkubasi pandemi yang butuh waktu dua minggu. Perpanjangan juga melihat perkembangan bagaimana. Berbeda jika langsung 6 bulan diterapkan, maka berpeluang chaos,” ucapnya.
Prof. Sri Darma juga menyebutkan, berkaitan dengan kondisi ekonomi maka ada pengaruh namun tidak tinggi. Perlahan namun pasti pertumbuhan ekonomi Bali akan naik sedikit demi sedikit.
Ia menegaskan, tidak seorang pun bisa memastikan terjadinya perbaikan atau pertumbuhan ekonomi, jika pasien Covid-19 terus bertambah. Begitu pula ketahanan ekonomi bila pandemi masih berlangsung. “Karena itu, potong dulu mata rantai penyebaran Covid-19 ini, baru kemudian bisa memprediksi pertumbuhan ekonomi Bali,” katanya.
Direktur Undiknas Graduate School (UGS) ini menyebutkan, berbicara pertumbuhan ekonomi karena Bali masih bertumpu pada sektor pariwisata, maka tingkat pertumbuhan Bali tetap rendah. Oleh karena itu, Sri Darma menegaskan, saatnya sektor ekonomi bisa tumbuh dengan dapat memperbaiki struktur dan fundamental perekonomian Bali yang mengarah ke pengembangan pertanian organik, pertanian olahan dan tumbuhkan industri kreatif. *dik