Tabanan (bisnisbali.com) –Musim hujan telah berdampak pada produksi sejumlah komoditas pertanian, khususnya cabai merah kecil yang mengalami penurunan sehingga harganya jadi melambung tinggi di pasaran. Menurut Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan, Ir. I Nyoman Budana, M.M., kondisi tersebut telah memberi keuntungan tersendiri bagi petani cabai di Tabanan.
“Saat ini produksi cabai di tingkat petani memang menurun dari sebelumnya. Dampaknya, harga jual di pasaran mengalami lonjakan, meski sebenarnya permintaan pasar akan cabai ini stabil saat ini,” tutur Budana, Rabu (6/1) kemarin.
Dikatakannya, penurunan produksi tersebut disebabkan meningkatnya intensitas serangan penyakit antraknosa dan busuk buah yang disebabkan oleh hama lalat buah menyerang pada tanaman cabai. Di Tabanan, sentra produksi cabai merah kecil ini terbesar ada di Baturiti. Selain itu ada di daerah Penebel dan Marga.
Lonjakan harga cabai di pasaran yang telah mencapai Rp 75.000 per kg memberi keuntungan tersendiri bagi sejumlah petani cabai di Tabanan saat ini. Betapa tidak, saat ini harga cabai merah kecil ini di tingkat petani naik dengan menembus menjadi Rp 50.000 per kg. Padahal jika kondisi normal harga cabai di tingkat petani hanya mencapai Rp 20.000 per kg.
“Artinya petani juga menikmati kenaikan harga cabai saat ini. Sebab itu, petani bergairah untuk menanam cabai saat ini,” ujarnya.
Dia memprediksi, lonjakan harga cabai merah kecil ini berlangsung hingga Maret nanti. Bahkan jika tidak ada pasokan dari luar Bali, akan memposisikan harga jual di pasaran yang kemungkinan terus merangkak naik mencapai Rp 100.000 per kg. Sebab asumsinya, baru Maret nanti harga cabai akan kembali normal atau menurun, karena saat ini beberapa petani baru mulai menanam cabai dan kemungkinan baru akan panen pada Maret mendatang. “Maret nanti produksi cabai barau kemungkinan terjadi lonjakan, sehingga itu akan membuat harga kembali normal,” jelasnya. *man