Pertumbuhan Ekonomi Bali Diprediksi Masih Terkontraksi

Memasuki triwulan I tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Bali diprediksi masih mengalami kontraksi.

213
NELAYAN – Nelayan di Sanur sedang menjaring ikan. Guna meningkatkan perekonomian di tengah pandemi, strateginya yakni mengembangkan sektor yang tidak berisiko menularkan Covid-19, salah satunya kelautan. (photo : eka)

Denpasar (bisnisbali.com) – Memasuki triwulan I tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Bali diprediksi masih mengalami kontraksi. Kendati demikian, di era new normal ada peluang pemulihan ekonomi baik di sisi permintaan maupun produksi. Diharapkan pula vaksinasi Covid-19 yang direncanakan berlangsung pada triwulan I tahun 2021 akan mendukung pemulihan ekonomi secara umum.

“Triwulan I 2021, proyeksi pertumbuhan ekonomi masih kontraksi. Berapa persen, baru bisa lihat pascaminggu pertama Februari 2021, setelah BPS rilis triwulan IV dan seluruh tahun 2020,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho di Renon, Senin (4/1).

Ia mengatakan, prediksi untuk saat ini kemungkinan di bawah 1 persen. Untuk itu, ia menyampaikan perlu kerja, keras, kerja keras lagi tahun ini mengingat pandemi Covid-19 masih stabil tinggi. Bercermin kondisi tersebut, Trisno mengatakan, untuk meningkatkan ekonomi tentu penanganan Covid 19 dengan disiplin protokol kesehatan terus ditingkatkan. ”Penanganan Covid-19 di Bali menjadi kunci,” ujarnya.

Selain itu, akselerasi penyerapan APBD dan PEN agar segera dieksekusi di triwulan I tahun 2021, termasuk pelaksanaan pembangunan infrastruktur terus dilaksanakan sesuai dengan rencana. Termasuk digitalisasi UMKM dan Bangga Buatan Krama Bali digencarkan. Tentunya juga, kata dia, peningkatan kegiatan ekonomi untuk sektor yang tidak berisiko menularkan Covid-19 seperti pertanian, kelautan dan peternakan dengan tetap mengutamakan protokol kesehatan yang ketat.

Sebelumnya, pemerhati ekonomi dari Unhi, Putu Krisna Adwitya Sanjaya, S.E., M.Si. mengatakan, normalisasi aktivitas ekonomi diproyeksikan akan meningkatkan pertumbuhan di negara maju sebesar kisaran 1,2 persen pada tahun 2021 dan 3,9 persen pada tahun 2022. Namun, untuk negara berkembang peningkatan ekonomi diprediksi hanya sebesar 0,1 persen pada tahun 2021 dan sebesar 2 persen pada tahun 2022. “Perkembangan yang jauh lebih lambat disebabkan negara berkembang akan lebih lama mendapatkan vaksin,” paparnya.

Oleh karenanya, untuk mampu mengakselerasi kembali pertumbuhan ekonomi Bali pada 2021, menurut Krisna, sangat urgent untuk menggenjot sektor sektor alternatif potensial lainnya untuk digarap lebih serius, masif dan terstruktur. Sektor dimaksud seperti pertanian, industri kerajinan dan juga UMKM. Ketiga sektor itu, diakuinya sangat potential untuk diberdayakan dengan lebih intens.

“Misalnya saja dengan dapat menambah besaran bantuan berupa stimulus, subsidi, melakukan diverifikasi hingga pemanfaatan digitalisasi apakah itu pemasarannya maupun penggunaan fintechnya,” terangnya.

Sementara, dalam jangka menengah-panjang, imbuhnya, sebenarnya prospek perekonomi Bali bila sinergitas sektoral konsisten dan serius dilakukan. “Kami menyakini ekonomi Bali akan lebih cepat untuk recovery bila didukung oleh penguatan ekonomi nasional maupun global dan juga peningkatan produktivitas, yang mana itu semua dapat terwujud bila terjadi komitmen dan keseriusan secara terintegrasi,” ucap Krisna. *dik