Amlapura (bisnisbali.com) –Pandemi Covid-19 masih berlangsung, bahkan belum ada kecenderungan kapan akan mereda. Pekerja swasta, seperti pekerja pariwisata pun kian ‘’menangis,’’ tak tahu apa yang harus dikerjakan. Ada juga yang memilih kembali bertani. Salah seorang di antaranya, Komang Sukarma, dari Desa Pertima, Karangasem.
Komang Sukarma yang sebelum pandemi bekerja di Kuta dan istrinya berdagang di kantin sekolah. Begitu pandemi dan pelajar belajar di rumah, keluarga ini kehilangan pekerjaan. Mereka memilih pulang kampung dan bekerja apa saja. Suami-istri ini mengerjakan lahan milik saudaranya, menanam cabai dan tanaman hortikultura lainnya. ‘’Belum tahu ke depannya. Kalau terus begini, pariwisata tetap belum kembali berdenyut, kami ada rencana membuka dagangan di kampung, misalnya rumah makan,’’ papar Sukarma, Minggu (3/1) kemarin.
Sementara itu, seorang pensiunan Dinas Pertanian Pemprov Bali, Wayan Segara dan istrinya yang juga pensiunan di kantor yang sama, memilih pulang kampung. Mereka mengisi hari-hari pensiun dengan berkebun dan bercocok tanam memanfaatkan lahan milik orangtuanya di Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem. Wayan Segara mengembangkan tanaman pisang di antaranya jenis cavendis dan madusari. Kedua jenis pisang ini dikembangkan dari bibit kultur jaringan.
Wayan Segara mulai intensif bertani sejak setahun lalu. Dia meyakini mengembangkan pisang cukup mudah dan pemasarannya tak terlalu sulit. Masyarakat Bali memerlukan pisang yang cukup banyak dan selama ini lebih banyak dikirim dari luar daerah seperti Lombok (NTB) dan Jawa Timur baik untuk konsumsi maupun keperluan sarana upakara. ‘’Bibit pisang yang dikembangkan dari kultur jaringan lumayan cepat berkembang. Jika dipelihara telaten, dalam enam bulan sudah menghasilkan,’’ paparnya.
Ia masih melihat banyak peluang dalam pengembangan pertanian, khususnya tanaman pisang di Karangasem. Banyaknya lahan kosong seharusnya bisa dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. *bud