Tabanan (bisnisbali.com) – Harga telur ayam di tingkat peternak merangsek naik ke level Rp 1.400 per butir sejak awal Desember lalu. Kisaran harga tersebut sekaligus memposisikan salah satu komoditi peternakan ini berada pada posisi tertinggi sepanjang lima tahun terakhir.
Salah seorang peternak ayam petelur, Darma Susila, di Desa Buruan, Tabanan, Minggu (27/12), mengungkapkan, harga telur di tingkat peternak ini naik dari posisi sebelumnya yang sempat berada di kisaran Rp 1.300 per butir. Lonjakan harga telur ayam ini terjadi sejak awal Desember lalu seiring dengan naiknya pula biaya produksi.
“Harga telur ini mengalami kenaikan di tingkat peternak mulai awal Desember lalu. Namun kenaikan itu dipicu oleh biaya produksi yang naik,” tuturnya.
Menurutnya, saat ini biaya produksi di antaranya, pakan pabrikan sudah naik Rp 50 ribu per sak. Hal sama juga terjadi pada pakan jenis jagung yang naik dari harga normal Rp 3.800 per kg menjadi Rp 5.000 per kg, dedak naik dari Rp 2.500 per kg menjadi Rp 3.800 per kg saat ini. Lonjakan biaya produksi ini diperparah lagi dengan menurunnya produksi di tingkat peternak ayam petelur, akibat susahnya mendapatkan pasokan DOC dari pabrikan.
Kata Darma, untuk membeli DOC peternak harus rela inden terlebih dahulu dan lamanya inden ini bisa mencapai 2 hingga 3 bulan sehingga itu mempengaruhi kemampuan produksi kalangan peternak. Kondisi tersebut kemudian membuat harga telur ini melonjak ke level Rp 1.400 per butir yang sekaligus merupakan yang tertinggi sejak lima tahun terakhir. “Sebelumnya harga telur ayam tertinggi ini sepat terjadi pada tiga tahun lalu, namun harganya saat itu hanya mencapai Rp 1.370 per butir,” ujarnya.
Meski di tingkat peternak harga telur ayam ini tertinggi dengan BEP berada di level Rp 1.250 per butir, namun jika melihat rasio profit di tengah kenaikan biaya produksi, lonjakan harga telur tidak berdampak signifikan pada pendapatan yang diterima dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Sebab, biaya yang dikeluarkan peternak juga naik dari sebelumnya. ”Cuma memang dengan turunnya produksi, sekarang ini kami dimudahkan untuk kelancaran permintaan telur di pasaran, sehingga di tingkat peternak ini tidak memiliki stok yang tidak bisa tersalurkan saat ini,” kilahnya.
Sementara itu, salah seorang pedagang bahan pangan, Putu Murni mengungkapkan, jelang pergantian tahun ini sejumlah komoditi harga bahan pangan mengalami lonjakan harga. Salah satunya terjadi pada harga daging ayam dan juga telur ayam. Lonjakan harga sudah terjadi di tingkat peternak, sehingga di tingkat pedagang hanya tinggal mengikuti kondisi lonjakan yang terjadi.
“Saya menyesuaikan harga ditawarkan oleh pengepul. Sedangkan untuk rata-rata permintaan pasar di tengah kenaikan harga bahan pangan ini masih cukup stabil,” tandasnya. *man