Tabanan (bisnisbali.com) –Melonjaknya biaya produksi untuk harga pakan dan Day Old Chicken (DOC) oleh pabrikan saat ini justru membuat kalangan peternak ayam mandiri di Kabupaten Tabanan bergairah. Sebab, naiknya biaya produksi tersebut dibarengi membaiknya harga jual saat panen di tingkat peternak.
Salah seorang peternak ayam mandiri di Desa Tunjuk, I Wayan Sukasana, Selasa (15/12) kemarin, mengungkapkan pada akhir November lalu biaya produksi ayam potong kembali melonjak. Harga DOC naik menjadi Rp 8.000 per ekor dari sebelumnya Rp 7.000 per ekor dan harga pakan naik Rp 500 per kg. Meski harga produksi naik, kalangan peternak sudah lebih bergairah dibandingkan sebelumnya. Sebab, sejak empat hari terakhir kalangan peternak sepakat berusaha mengangkat harga jual produksi ke posisi Rp 22.500 per kilogram.
“Kami coba menaikkan harga jual ayam potong ini secara bertahap. Awalnya mencoba menaikkan Rp 19.000 per kilogram pada awal Desember. Kemudian sejak empat hari lalu mencoba mengangkat kembali ke Rp 22.500 per kilogram dan tarikan pasar masih cukup bagus,” tuturnya.
Kegairahan peternak ayam mandiri juga dipicu oleh dibentuknya Tim Satgas Suplai dan Deman di Bali. Tim Satgas Suplai dan Deman ini melibatkan unsur kepolisian, satgas pangan dan dinas terkait yang bertugas memantau peredaran sekaligus populasi ayam di Bali. Tim tersebut akan mengamankan kuota populasi atau produksi ayam di Bali yang ditentukan 4 juta ekor per bulan. Jumlah kuota ini merupakan hasil perhitungan kalangan peternak dan kajian sejumlah kalangan yang dinilai ideal untuk kebutuhan ayam di Bali di tengah pandemi Covid-19. “Angka 4 juta ekor merupakan jumlah kebutuhan pasar saat ini. Jauh menurun dibandingkan populasi sebelum Covid-19 yang mencapai 7,5-8 juta ekor per bulan,’’ ujar Sukasana.
Ia mengharapkan penetapan kuota populasi ayam ini akan membatasi pihak pabrikan sehingga nantinya harga ayam di pasaran menjadi stabil atau tidak anjlok seperti sebelumnya. Di sisi lain, populasi 4 juta ayam ini juga akan mampu memenuhi semua kebutuhan pasar, termasuk pada Natal dan Tahun Baru (Nataru) yang berpotensi meningkatkan jumlah permintaan pasar seiring naiknya jumlah kunjungan wisatawan ke Bali. *man