Denpasar (bisnisbali.com) –Keberadaan vaksin Covid-19 diyakini akan membuat confident bagi masyarakat, dunia usaha dan berpengaruh kepada perbaikan ekonomi di Bali ke depannya. Kendati vaksin Covid-19 sudah ada, penerapan protokol kesehatan (prokes) baik itu 3M, 3T hingga CHSE harus tetap dijalankan agar perekonomian bangkit segera.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali, Trisno Nugroho, di Renon, Selasa (8/12) menerangkan, rasa percaya diri masyarakat maupun pelaku usaha akan timbul karena vaksin Covid-19 sudah dites dan diyakini keampuhannya. “Dengan adanya vaksinasi orang atau masyarakat jadi lebih confident mau beraktivitas dan berkegiatan. Termasuk pelaku usaha travel,” katanya.
Peningkatan kegiatan masyarakat, dunia usaha dan pekerja mulai bekerja kembali, kata Trisno, itu akan menggerakkan atau terjadi perbaikan ekonomi di daerah ini. Rasa aman dan nyaman beraktivitas akan mengembalikan kebangkitan ekonomi tidak hanya di daerah, namun nasional maupun global.
Tentunya, pemulihan ekonomi tidak serta merta hanya dengan adanya vaksinasi. Disiplin prokes Covid-19 tetap harus dijalankan di segala tempat dan situasi. Sebab memasuki era new normal, vaksinasi dan prokes menjadi keharusan. ”Prokes tetap dilaksanakan karena bagian penting dalam penanganan pandemi,” ujarnya.
Prokes yang diterapkan mulai dari mencuci tangan, memakai masker, hingga menjaga jarak dengan orang lain. Termasuk mendukung imbauan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mendorong masyarakat untuk mematuhi arahan melakukan 3T, yaitu testing atau pemeriksaan, tracing atau penelusuran, dan treatment atau perawatan guna mempercepat penyembuhan dan penanganan penyakit Covid-19. Begitu pula, mendorong penerapan prokes berbasis CHSE pada usaha-usaha wisata dan ekonomi kreatif di Bali. Itu untuk membangkitkan lagi sektor pariwisata di Bali dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19. “Tanpa pelaksanaan prokes dan disiplin tinggi, maka tidak mudah bagi sektor pariwisata dapat bangkit kembali,” ungkapnya.
Lebih lanjut Trisno menyampaikan, BI Bali memperhitungkan pertumbuhan ekonomi di Pulau Dewata pada 2020 berkisar pada -9,2 persen sampai dengan -8,8 persen. Sementara itu, pada tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Bali akan berkisar pada 4,5 persen sampai dengan 5,5 persen karena beberapa indikator diperkirakan makin membaik. “Selain itu, kami juga mempertimbangkan faktor pendorong dan faktor penahan pertumbuhan ekonomi,” katanya.
Faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Bali yaitu terjadinya pelaksanaan pemulihan kegiatan masyarakat. Terjadinya pemulihan pariwisata domestik. Pemulihan negara mitra dagang yang terkait dengan ekspor Bali dan lanjutan realisasi program pemulihan ekonomi nasional (PEN). “Termasuk kelanjutan proyek investasi dan infrastruktur di daerah ini,” ujarnya.
Sementara, faktor penahan pertumbuhan ekonomi di Bali, kata Trisno, pemulihan kunjungan wisman yang masih sangat terbatas. Tertahannya pendapatan pemerintah daerah dan wait and see pelaku usaha di daerah ini. *dik