Denpasar (bisnisbali.com) –Pandemi virus corona memberikan banyak dampak pada sektor ekonomi. Krisis akibat pandemi Covid-19 paling terasa yaitu meningkatnya pengangguran, sehingga perlu strategi bisnis untuk mengatasinya termasuk penerapan 3M dan 3T.
“Angka pengangguran bertambah karena pandemi membuat adanya pengendalian pergerakan orang atau kendaraan di dalam suatu wilayah hingga work from home. Ekonomi dan pariwisata tidak bergerak sehingga banyak perusahaan terkena imbas dan merumahkan karyawannya,” kata pelaku usaha yang juga anggota Kadin Bali, Wayan Astika, di Renon, Senin (7/12).
Untuk itu, strategi bisnis yang perlu dilakukan menghadapi krisis akibat Covid-19 yaitu utamakan terlebih dahulu protokol kesehatan (prokes). Prokes menjadi pertama atau urgent disiapkan karena kini eranya new normal sehingga kesehatan harus berjalan bersama aga bisa ekonomi tumbuh.
Prokes tentunya 3M yaitu memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan menjaga jarak. Termasuk kini penerapan 3T yaitu pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment) sebagai upaya untuk memutus mata rantai penularan Covid-19.
Selanjutnya, strategi dengan dukungan pemerintah lewat pelatihan ini ditujukan untuk kalangan pekerja yang kena PHK maupun pengusaha rumahan terdampak pandemi Covid-19. “Program pelatihan, webinar dan pendampingan secara daring sangat dibutuhkan saat ini,” ucapnya.
Tidak kalah penting, mengenalkan ekonomi digital dan mendorong digitalisasi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Harapannya, di tengah Covid-19 masyarakat bisa diuntungkan karena meningkatkan literasi digital dan memaksimalkan penggunaan teknologi yang mendukung bisnis mereka.
Strategi bisnis lainnya setelah penerapan 3M dan 3T yaitu harus mampu bisa membaca dan mengisi peluang pasar, memperkuat stategi pemasaran, inovasi maupun diversifikasi produk dan penentuan harga. Dengan berbagai strategi ini diharapkan pula mendorong pemulihan ekonomi dari dampak Covid-19. “Di era new normal kita harus dapat tetap bertahan menghadapi krisis,” imbuhnya.
Sementara itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali mencatat, pandemi Covid-19 menyebabkan angka pengangguran meningkat. Tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2020 di Bali tercatat sebesar 5,63 persen, menempati peringkat 18 terendah se-Indonesia, atau turun dari peringkat 1 terendah se-Indonesia posisi Februari 2020. Para pekerja yang kehilangan pekerjaan diperkirakan sekitar 45,6 ribu orang di mana yang paling banyak terdampak adalah mereka dengan pendidikan SMA sebanyak 46 persen, diikuti SMP sebanyak 37 persen.
Angka ketimpangan sebagaimana rilis BPS pada semester 1 (Maret) 2020 juga tercatat meningkat. Angka kemiskinan periode September 2020 belum dirilis oleh BPS. “Mencermati perkembangan pertumbuhan ekonomi di Bali, angka kemiskinan semester 2 (September) 2020 diperkirakan juga berpotensi meningkat,” kata Kepala KPw BI Bali Trisno Nugroho. Untuk itu diperlukan berbagai upaya agar ekonomi bisa bangkit kembali melalui beberapa terobosan bisnis. *dik