Denpasar (bisnisbali.com) – Digitalisasi menjadi suatu keharusan, khususnya bagi UMKM untuk dapat bertahan dan bersaing di masa pandemi Covid-19. Untuk itu, sekaranglah saatnya untuk melakukan transformasi digital agar UMKM dapat bangkit kembali bahkan maju melesat.
“Kita semua sepakat bahwa UMKM sebagai penopang perekonomian nasional maupun daerah sangat terdampak oleh Covid-19,” kata Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Bali, Trisno Nugroho di Denpasar, Jumat (27/11).
Ia mengakui, di Bali, UMKM merupakan penopang perekonomian dengan jumlah mencapai 482 ribu UMKM dan mampu berkontribusi hingga 83,27 persen terhadap PDRB Bali. Namun dengan adanya pandemi Covid-19, hampir seluruh UMKM di Bali mengalami penurunan kinerja penjualan. Hal ini terutama terjadi bagi UMKM yang belum memanfaatkan media sosial, website ataupun digital untuk saluran pemasarannya sehingga pemasaran masih berada di tingkat lokal. “Untuk itu perlu penggalian ide dan inovasi, pemberdayaan local heroes dan menjadi inspirasi untuk melahirkan optimisme bagi UMKM-UMKM nasional khususnya di Bali sebagai penopang ekonomi di era new normal,” ujarnya.
Bank sentral mencatat di Indonesia, potensi digitalisasi sangatlah tinggi bahkan sebelum pandemi Covid-19 terjadi. Indonesia adalah pasar besar dan potensial untuk menyerap arus digitalisasi, bahkan saat ini jumlah start up digital sudah sangat besar jumlahnya di Indonesia mencapai 2.196 start up dan 5 di antaranya adalah Unicorn. Indonesia, menurut riset Mckensi disebut sebagai the fastest growing country in digital economy. Keberadaan start up digital tersebut diharapkan dapat memberikan multiplier effect pada pertumbuhan usaha UMKM yang semakin go digital.
Dengan adanya pandemi Covid-19 maka momen transformasi digital semakin tidak terbendung dan tidak terhindarkan. Di tengah turunnya kinerja ekonomi, pergeseran interaksi antarmanusia yang mengedepankan faktor cleanliness, healthy and safety, justru mempercepat integrasi ekonomi berbasis digital secara luas. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kebutuhan transaksi tanpa tatap muka berbasis online dan membutuhkan dukungan digital payment. “Dalam mendorong digitalisasi, kami juga berupaya mengembangkan UMKM baik binaan maupun mitra untuk melakukan transformasi proses bisnis yang mendukung terciptanya ekosistem UMKM digital,” ungkapnya.
Melalui program onboarding UMKM, BI telah memfasilitasi sejumlah UMKM untuk terhubung dalam platform pemasaran digital, baik melalui conversational commerce maupun marketplace, akses keuangan digital melalui fintech, hingga platform transaksi pembayaran digital, seperti internet banking, standardisasi jasa sistem pembayarang berbasis uang elektronik, hingga pemanfaatan QRIS dalam transaksi UMKM sehari-hari. Saat ini, BI Bali telah melakukan program onboarding terhadap beberapa UMKM di Bali. *dik