Tabanan (bisnisbali.com) – Pandemi Covid-19 berpotensi mendongkrak total jumlah produksi tangkapan lobster di Kabupaten Tabanan secara signifikan tahun ini. Pada 2019 lalu, dari data di Dinas Perikanan Kabupaten Tabanan mencatat produksi tangkapan lobster oleh nelayan mencapai 14 ton dengan rata-rata produksi di atas 3,44 ton per triwulan.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Tabanan, Ir. A.A.N. Raka Icwara W., M.Si, Jumat (27/11), mengungkapkan, selama ini Kabupaten Tabanan memiliki potensi yang cukup besar sebagai penghasil lobster air laut. Produksi lobster tangkap yang disumbang oleh enam kecamatan dan 12 desa pesisir di Kabupaten Tabanan selain untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal, produksi lobster ini bahkan sudah menembus pangsa pasar ekspor.
Dia memprediksi, tahun ini dengan adanya pandemi Covid-19 akan membuat produksi lobster ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Sebab asumsinya, saat ini jumlah nelayan penangkap lobster mengalami peningkatan seiring dengan sejumlah pekerja di sektor pariwisata yang dirumahkan atau di-PHK karena dampak pandemi Covid-19. Jumlah penangkap lobster yang meningkat tentunya berdampak juga pada peningkatan volume produksi yang didapat. “Selain itu, peningkatan volume produksi ini didukung pula dengan kondisi cuaca yang terjadi sepanjang tahun ini,” ujarnya.
Raka menjelaskan, tahun ini potensi terdongkraknya produksi lobster tercermin dari data yang ada. Data Dinas Perikanan Kabupaten Tabanan mencatat, produksi lobster tangkap oleh nelayan mencapai 3,82 ton pada triwulan I. Lanjut pada triwulan II tahun yang sama produksi lobster ini mencapai 3,74 ton, dan pada triwulan III 2020 produksi lobster nelayan Tabanan ini naik sangat signifikan dengan mencapai 11,13 ton.
Bercermin dari capaian tersebut, kata dia, sepanjang cuaca mendukung, pada triwulan IV ini kemungkinan lonjakan produksi masih tetap akan berlangsung sehingga secara total produksi lobster tahun ini berpotensi akan meningkat dibandingkan dengan total produksi tahun 2019 lalu yang hanya mencapai 14 ton.
Sayangnya, dari potensi peningkatan produksi lobster ini tidak didukung dengan meningkatnya serapan pasar pada tahun ini. Sebab, pandemi Covid-19 ini membuat serapan lobster di kalangan hotel dan restoran menurun tajam dari sebelumnya.
Hal serupa juga terjadi untuk perdagangan ekspor lobster yang terganjal dengan tidak adanya penerbangan langsung, khususnya ke Tiongkok sebagai buyer terbesar produksi lobster dari Tabanan selama ini. Akibatnya, harga atau pendapatan yang diterima oleh nelayan maupun eksportir lobster tidak sebagus dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Akuinya, saat ini harga lobster di tingkat nelayan hanya mencapai Rp 150 ribu per kg.
Hal senada diungkapkan Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Tabanan, Ketut Arsana Yasa. Kata dia, produksi lobster tangkap di Tabanan sangat menjanjikan bagi nelayan, terlebih lagi setelah direvisinya aturan ekspor salah satunya menurunkan size tangkapan lobster yang sebelumnya hanya boleh memperdagangkan lobster ukuran minimum 200 gram ke atas, namun kini aturan tersebut sudah direvisi dengan menurunkan batas minimum menjadi 150 gram ke atas.
“Penurunan batas ukuran dari perdagangan lobster tersebut membuat produksi tangkapan nelayan Tabanan yang rata-rata 100-200 gram ini menjadi berpotensi banyak bisa dilempar ke pasar lokal maupun ekspor,” tandasnya.
Namun diakuinya, saat ini di tengah pandemi Covid-19 khususnya untuk penjualan lobster ke pasar ekspor mengalami sejumlah hambatan kargo penerbangan, karena tidak adanya penerbangan yang direct langsung dari Bali ke negara tujuan seperti, Tiongkok. Akibatnya, terjadi over handle sekaligus membengkaknya biaya yang harus ditanggung eksportir. Pembengkakan biaya tersebut khususnya untuk penanganan agar lobster yang diekspor dalam kualitas hidup ini tetap segar hingga ke negara tujuan.
“Kondisi itu pula yang membuat harga jual didapat oleh eksportir tidak sebagus dibandingkan dengan harga lobster internasional yang berada di level Rp 480.000 per kg untuk jenis lobster pasir,” tandasnya. *man