SALAH satu bisnis yang terdampak pandemi adalah bisnis perhiasan. Untuk bangkit, banyak kendala dihadapi, terlebih perhiasan bukan kebutuhan primer. Guna menyiasati kondisi saat ini, pelaku bisnis di bidang ini pun terus menggali ide untuk menggugah selera pembeli, seperti dengan memadukan desain tradisional dan modern.
Owner Aryuna Bali Jewelry, I Gusti Ayu Widha Widiary mengatakan, pihaknya mengalami penurunan omzet yang cukup signifikan selama pandemi. Hal ini mengingat acara-acara yang membutuhkan perhiasan sudah tidak dapat dilaksanakan lagi. Jadi, berdampak keras dengan kebutuhan masyarakat akan perhiasan. Namun, pihaknya mengakali hal tersebut dengan mengembangkan desain-desain baru yang mengkombinasikan ciri khas tradisional dan modern.
“Agar masyarakat tidak bosan dengan desain yang begitu saja, peraknya dimodifikasi agar terlihat indah. Selain itu, market yang ada sekarang juga lebih menyukai desain yang sederhana. Tentunya, melihat hal tersebut, kami mengikuti perkembangan zaman agar tidak tertinggal,” ujar Widha Widiari.
Strategi lain yang dilakukan adalah dengan memberikan promo dan diskon-diskon yang menarik. Penjualan lebih difokuskan ke online, untuk offline hanya dibuka Senin dan Kamis. Setelah 10 tahun menggeluti bidang perhiasan perak, mayoritas marketnya adalah lokal.
“Untuk offline, kami tetap menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan anjuran pemerintah. Dengan menyediakan hand sanitizer, fasilitas cuci tangan dan tentunya wajib menggunakan masker. Untuk penjualan, walaupun mengalami penurunan, kami tetap berusaha untuk produktif. Bahan baku pun sempat mengalami kenaikan, dan kami siasati dengan membuat desain perak yang lebih kecil, sehingga harga dapat lebih ditekan,” lanjutnya.
Bekerja berdasarkan kegemaran, membuat tidak terlalu merasa tertekan dengan situasi pandemi. Ke depannya, upaya yang dilakukan adalah menyasar market yang lebih luas. Tidak hanya lokal tapi juga mancanegara. *git