Denpasar (bisnisbali.com) –Pertumbuhan ekonomi Bali akan mampu kembali mencapai di kisaran 5,5 sampai 6 persen seperti kondisi sebelum pandemi Covid-19 atau sama seperti tahun 2019, diprediksi membutuhkan waktu yang cukup lama. Estimasi ekonomi Bali mampu menembus 6 persen kemungkinan tercapai pada tahun 2022 hingga 2023.
“Ekonomi Bali akan tumbuh positif pada 2021, walaupun belum bisa dikatakan normal. Pertumbuhan ekonomi seperti tahun 2019 ke bawah di kisaran 5,5-6 persen mungkin baru bisa kita capai pada 2022-2023,” kata pengamat ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Prof. Dr. Wayan Ramantha di Denpasar, Selasa (24/11) kemarin.
Guru Besar FE Unud ini mengatakan, dalam upaya mendukung pertumbuhan ekonomi Bali salah satunya lewat rencana pemerintah yang akan membuka pariwisata di daerah ini bagi wisatawan mancanegara. “Rencana pemerintah tersebut tentu harus disambut baik. Dibukanya pariwisata mancanegara rencananya di Desember tentunya dengan tetap mentaati protokol kesehatan,” ujarnya.
Sebelumnya ia menerangkan, Bali ke depannya tidak bisa hanya mengandalkan pertumbuhan pada satu sektor saja, yakni sektor pariwisata. Daerah ini perlu melakukan diversifikasi sektor lain seperti sektor pertanian dan UMKM, termasuk industri kerajinan dan ekonomi kreatif. Harapannya sektor ekonomi mampu bangkit.
Selanjutnya, dari sisi infrastruktur dengan mengatasi ketimpangan pembangunan yang selama ini masih menjadi kelemahan pembangunan Bali. Dengan melakukan pengembangan ekonomi wilayah diharapkan tidak ada lagi ketimpangan Bali antara utara dan selatan, timur dan barat.
Sebelumnya, Kepala Kantor Perwakilan BI Bali Trisno Nugroho mengatakan, pada triwulan III 2020 perekonomian Bali mulai menunjukkan pemulihan sebagaimana tercermin pada pertumbuhan yang sebesar 1,66 persen (qtq) atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan lalu yang sebesar -7,24 persen (qtq). Hal ini terlihat dari kenaikan nilai PDRB dari Rp 35,84 triliun di Q2 menjadi Rp 36,44 triliun di Q3 2020. Perbaikan ini seiring dengan implementasi strategi pemulihan ekonomi yaitu penerapan tatanan kehidupan baru, khususnya di sektor pariwisata.
Berdasarkan data dari 17 lapangan usaha, 11 di antaranya tercatat tumbuh positif, dengan 3 pertumbuhan tertinggi dialami lapangan usaha jasa pendidikan yang tumbuh sebesar 3,98 persen (qtq), diikuti sektor jasa lainnya yang tumbuh sebesar 3,86 persen (qtq), dan informasi dan komunikasi yang tumbuh sebesar 3,78 persen (qtq).
Sejalan dengan mulai dibukanya pariwisata untuk wisatawan domestik, kata Trisno, lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum, transportasi dan industri pengolahan juga mencatat pertumbuhan positif masing-masing sebesar 3,41 persen (qtq), 3,64 persen (qtq) dan 3,4 persen (qtq).
Dari sisi penggunaan, perbaikan terjadi pada komponen konsumsi pemerintah (21,76 persen qtq), ekspor luar negeri (11,17 persen qtq), dan investasi (32,68 persen qtq). Sedangkan konsumsi rumah tangga masih tumbuh terbatas (1,87 persen qtq).
Trisno pun menyebutkan, untuk mempercepat pemulihan, penerapan teknologi dan digitalisasi merupakan sebuah keharusan di era tatanan kehidupan baru. *dik