Denpasar (bisnisbali.com) – Kalangan pemerhati ekonomi masih optimis ekonomi akan bisa pulih, secara perlahan-lahan pada 2021 mendatang. Syaratnya, semua pihak harus bergerak dan bekerja bersama-sama memulihkan ekonomi, sekaligus mengantisipasi penyebaran Covid-19.
“Kalau semua pihak bekerja bersama-sama dan menerapkan disiplin protokol kesehatan, optimistis bisa meningkatkan perekonomian. Kerja sama semua pihak tentu dari masyarakat, pelaku usaha, pemerintah, semua stakeholders pariwisata dan sebagainya,” kata pemerhati ekonomi, Kusumayani, M.M. di Denpasar.
Untuk kebangkitan ekonomi di Bali, bisa dilakukan dengan fokus menggenjot UMKM baik itu pendukung sektor pariwisata, perdagangan, pertanian dan lainnya. UMKM harus dibangun karena ini peluang yang besar untuk bersama pemerintah bergandengan memajukan sektor usaha mikro. Termasuk fokus mencari pasar ekspor yang baru.
“Perlu membuat terobosan cari pasar ekspor yang lebih lunak dan gampang dan juga lebih variatif. Tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan,” paparnya.
Dengan bergeraknya sektor usaha, secara otomatis perbankan akan mengikuti dengan bergulirnya penguatan modal berupa kredit. “Sekarang karena proyeknya tidak ada, ordernya tidak ada perbankan mau biayai apa? Jadi setiap proyek yang didapat pengusaha Bali akan dibiayai oleh perbankan,” ungkapnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali, Trisno Nugroho mengatakan, protokol kesehatan (prokes) ketat sangat penting bagi sektor ekonomi, terutama pariwisata di Bali ke depannya. Pemulihan ekonomi pada triwulan IV optimistis akan berlanjut seiring dengan perkiraan membaiknya kondisi pariwisata, khususnya wisatawan domestik. Hal ini terkonfirmasi dari leading indicator jumlah kedatangan penumpang domestik di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai yang tercatat sebesar 121.937 orang pada Oktober 2020, atau tumbuh 32,77 persen (mtm).
Optimisme pemulihan ini juga terkonfirmasi dari pengolahan big data Google Trends yang mencerminkan bahwa minat wisatwan domestik dan wisatawan mancanegara ke Bali sangat besar. Pencarian travel di Bali tercatat lebih tinggi dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia maupun destinasi wisata lainnya di kawasan Asia. “Peluang ini harus dioptimalkan, dengan tetap menjalankan prokes yang ketat, sehingga pemulihan aspek ekonomi dan kesehatan dapat berjalan secara pararel,” katanya.
Trisno pun menyebutkan, untuk mempercepat pemulihan, penerapan teknologi dan digitalisasi merupakan sebuah keharusan di era tatanan kehidupan baru. Adanya kebiasaan baru dan awareness terhadap penularan wabah Covid-19, memaksa konsumen dan produsen untuk cenderung menggunakan teknologi dalam kesehariannya.
Sama halnya dikatakan praktis ekonomi lainnya, Indrawan, M.M. Kata dia, jika tidak optimis dan bergerak, ekonomi akan tidur dan dunia usaha akan tambah susah. Perlambatan ekonomi Bali karena beberapa faktor yaitu faktor global, regional dan nasional yang mengalami perlambatan dan bergesernya pola konsumsi masyarakat. Selain itu, perlambatan ekonomi juga dipengaruhi harga di tengah pandemi Covid-19.
Dalam situasi seperti ini semua pelaku usaha perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk bisa mempertahankan usahanya dengan mempertahankan posisi likuiditas yang cukup. “Pengusaha berjaga-jaga sambil melihat perkembangan ke depan,” tuturnya.
Pengusaha juga melakukan konsolidasi dan efisiensi usahanya untuk tetap bisa menjaga kinerjanya secara optimal. Seperti menunda ekspansi usahanya, termasuk ekspor bagi para eksportir sehingga ekspor pun tumbuh kecil. *dik