Denpasar (bisnisbali.com)-Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali ingin mendorong sektor pertanian untuk dijadikan tumpuan perekonomian Bali selain pariwisata. Di tengah pandemi Covid-19 ini yang cukup banyak masyarakat kehilangan pekerjaan, membuat tidak sedikit dari masyarakat yang beralih bertani, dan tanaman tahunan menjadi salah satu investasi yang mulai dilakukan.
Kepala Bidang Produksi, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunartha belum lama ini mengatakan, geliat masyarakat bertani di tengah pandemi Covid-19 cukup tinggi. Meski sempat tidak mendapatkan pasar sebelumnya terutama untuk jenis tanaman musiman seperti sayur, di sisi lain, para pemilik modal besar mulai melirik tanaman yang dapat diwariskan (tahunan) yang hasil produksinya mengarah ke ekspor seperti porang dan alpukat.
Dengan menggeliatnya aktivitas bertani di tengah pandemi, terutama bagi yang memproduksi tanaman tahunan, diharapkan tiga tahun ke depan produk yang berpotensi ekspor akan meningkat. Menekuni jenis tanaman ini membutuhkan biaya yang cukup besar terlebih porang yang bisa menghabiskan biaya Rp 150 juta per hektarnya. “Namun nilai jualnya tinggi dan peluang ekspor juga ada, sehingga yang memiliki cukup uang cenderung memilih untuk menanam tanaman yang bisa diwariskan ini,” ujarnya.
Bertani dengan memilih tanaman tahunan ini, lanjut Sunartha, dilakoni oleh orang-orang yang sebelumnya bergelut di bidang pariwisata atau pensiunan. Mereka biasanya bekerja sama dengan petani di sekitarnya.
Terkait dengan peluang ekspor, Sunartha mengatakan, cukup tinggi. Banyak produk lokal yang kini diminati untuk diekspor. Namun saat ini masih terkendala distribusi (pengiriman) yang direct flight belum semua banyak, sehingga biaya kargo cukup tinggi.
Selain tanaman tahunan, untuk yang memiliki sedikit modal dalam bertani mereka akan memilih menanam produk musiman, seperti sayur dan buah. Namun saat ini lebih kepada komoditi yang diserap pasar, bukan lagi hotel dan restoran. *wid