PEMBISNIS selalu menemukan peluang di segala situasi. Untuk menarik pembeli, berbagai jenis makanan disuguhkan. Salah satunya menyasar market milenial, dengan menyuguhkan camilan khas anak muda zaman sekarang.
Owner Camilan Dapur Krisna yang berlokasi di Jalan Tangkuban Perahu, Denpasar, I Putu Krisna Hermawan, mengatakan paham dan memenuhi kebutuhan customer adalah salah satu jalan untuk bertahan di dunia bisnis. Terlebih situasi pandemi Covid-19 ini menuntut masyarakat agar mampu berkreativitas dan berkontribusi dalam rangka menumbuhkan kembali pergerakan ekonomi di Bali. Tentunya dengan batasan-batasan yang harus diikuti, sistem promosinya harus mengambil jalur yang berbeda. Media sosial memiliki peluang besar untuk dimanfaatkan saat ini.
“Saya gencar melakukan promosi menu-menu makanan khas milenial ini di seluruh sosial media yang dimiliki. Setiap hari dilakukan agar masyarakat semakin familiar dengan tempat makan ini. Dari awal pandemi, saya tidak pernah tutup. Berdampingan dengan situasi ini, saya memberikan kemudahan lain untuk customer. Jadi, bisa delivery sekitar Kota Denpasar,” ujar Putu Krisna.
Berhubung kekhawatiran masyarakat untuk berkunjung langsung, strategi pemasaran yang dilakukan adalah mengantar langsung makanan dan minuman yang dipesan ke tempat tujuan. Terdapat beberapa titik lokasi yang free ongkir, yakni Denpasar Barat, tentunya di beberapa tempat yang tidak terlalu jauh.
Hobi yang disalurkan untuk peluang mendapat penghasilan, membuat semangat selalu bergelora. Pukulan pandemi terhadap ekonomi memang kuat, namun hal tersebut bukan alasan untuk berhenti beraktivitas. Market selalu ada, bagaimana cara mengimbangi dan sejalan dengan market yang ada harus dipikirkan.
Selain camilan, ada pula menu lainnya yang disuguhkan, seperti ayam bakar, ayam lalapan dan ayam geprek, tentunya tetap dengan harga yang terjangkau. Harga mulai dari Rp 8 ribu sampai Rp 50 ribu. Kedai makanannya memiliki konsep yang selaras dengan target pasar. Menyuguhkan tempat yang simpel dan nyaman untuk membuat tugas, nongkrong dan lain sebagainya.
“Protokol kesehatan juga sudah diterapkan untuk meminimalisir kekhawatiran pembeli yaitu fasilitas cuci tangan, jaga jarak dan wajib menggunakan masker. Pemerintah daerah juga sudah mengimbau para penjual harus menggunakan masker. Para pembeli juga diharapkan jangan membeli makanan dari penjual yang tidak memakai masker. Intinya, saling menjaga satu sama lain dalam kondisi pandemi ini,” imbuhnya.
Dalam menyikapi persaingan sesama pembisnis, cita rasa makanan yang khas dapat dijadikan sebagai perbandingan. Tentunya dengan menyuguhkan menu- menu yang tidak hanya enak dipandang, tetapi juga memiliki rasa yang khas.
“Meskipun ada penurunan omzet selama pandemi, yang perlu dilakukan hanya bersyukur. Tetap semangat, tetap buka dan optimis situasi akan membaik. Saya juga membuka kerja sama dengan anak-anak muda yang mau melakukan bisnis sama. Jadi, saya siap membantu segala persiapannya dalam bentuk franchise,” tutupnya. *git