Denpasar (bisnisbali.com) –Penanganan ekonomi dan kesehatan secara bersama-sama merupakan kebijakan yang tepat selama pandemi Covid-19. Dengan tetap menjalankan protokol kesehatan (prokes) yang ketat akan mendukung pemulihan aspek ekonomi dan kesehatan, sehingga dapat berjalan secara pararel.
“Upaya pemerintah untuk tidak mengutamakan salah satu merupakan kebijakan tepat mengatasi pandemi Covid-19 ini. Dapat sejajar tumbuh maka kesehatan pulih ekonomi bangkit,” kata pemerhati ekonomi dan pembina wirausaha dari Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Sayu Ketut Sutrisna Dewi.
Menurutnya, dalam upaya menghadapi tantangan ekonomi di tengah pandemi Covid-19, masyarakat sudah saatnya berbenah diri dari heteronom (harus disuruh terlebih dahulu) menjadi otonom atau melakukan sendiri atas kesadaran sendiri disertai rasa tanggung jawab. Dalam hal ini, tanggung jawab menggunakan prokes untuk bersama-sama menekan penyebaran virus corona.
“Harapannya, dapat mengatasi di tengah situasi semakin sulit. Permasalahan yang dihadapi pemerintah semakin banyak, sementara pemerintah dihadapkan kepada berbagai keterbatasan, terutama anggaran, waktu, dan SDM,” ujarnya.
Sutrisna Dewi mengatakan, bila masyarakat kooperatif, tentu ini akan memudahkan kerja pemerintah. Kooperatif dalam arti mau sama-sama berjuang, proaktif mencari solusi. “Tidak hanya mengeluh, menunggu uluran pemerintah dan menyalahkan pemerintah,” ujarnya.
Situasi ini terjadi karena sesuatu yang bersifat uncontrollable, membuat semua negara shock dan dihadapkan pada situasi sulit. Oleh karenanya, mandiri dan mampu menyelamatkan diri masing-masing, akan membuat pemerintah dapat mengarahkan waktu, energi, dan biaya kepada hal-hal penting lainnya.
Ia pun menilai, semangat berwirausaha perlu digelorakan agar masyarakat jeli melihat dan memanfaatkan peluang, berani membuka usaha sendiri, proaktif berjuang dan tidak hanya menunggu uluran tangan pemerintah, menghilangkan gengsi, dan mampu menjaga cash flow-nya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali, Trisno Nugroho membenarkan, tetap menjalankan prokes yang ketat akan mendukung pemulihan aspek ekonomi dan kesehatan dapat berjalan sejajar. Di samping itu, untuk mempercepat pemulihan, penerapan teknologi dan digitalisasi merupakan sebuah keharusan di era tatanan kehidupan baru. Adanya kebiasaan baru dan awareness terhadap penularan wabah Covid-19, memaksa konsumen dan produsen) untuk cenderung menggunakan teknologi dalam kesehariannya.
Pada saat terjadinya PSBB, industri e-Commerce menjadi tulang punggung bagi aktivitas perdagangan di sektor riil agar tetap hidup. “Pelaku bisnis sebaiknya mengubah pola pikir untuk lebih mempertimbangkan aktivitas bisnis secara on line,” katanya. Secara bertahap, sektor informal maupun pedagang di pasar tradisional juga akan dapat beralih ke arah teknologi digital pada industri e-Commerce.
Lebih lanjut ia mengatakan, pada triwulan III 2020 perekonomian Bali mulai menunjukkan pemulihan sebagaimana tercermin pada pertumbuhan yang sebesar 1,66 persen (qtq) atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan lalu yang sebesar -7,24 persen (qtq). Hal ini terlihat dari kenaikan nilai PDRB dari Rp 35,84 triliun di Q2 menjadi Rp 36,44 triliun di Q3 2020. Perbaikan ini seiring dengan implementasi strategi pemulihan ekonomi yaitu penerapan tatanan kehidupan baru (program Clean Healthy Safety and Environment) khususnya di sektor pariwisata.*dik