MENINGKATNYA daya beli masyarakat menjadi salah satu pendukung pemulihan ekonomi di tengah masa pandemi Covid-19. Untuk mendukung hal tersebut, diperlukan metode pembayaran yang praktis, aman dan sehat. Seperti apa?
Keberadaan Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) Bank Indonesia (BI) yang menyatukan semua aplikasi pembayaran menggunakan QR diyakini menjadi solusinya. Itu selaras tugas bank sentral yang salah satunya memperlancar sistem pembayaran. Tidak heran, sistem pembayaran nontunai (cashless) dan nirsentuh (contactless) secara nyata memiliki kecenderungan meningkat di tengah kondisi pandemi Covid-19, karena dianggap lebih praktis, aman secara kesehatan dan lebih efisien. Dengan UNiversal, GampanG, Untung dan Langsung (Unggul), QRIS diluncurkan BI ini diharapkan mendorong efisiensi transaksi, mempercepat inklusi keuangan, memajukan UMKM, yang pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Seperti dikatakan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia, Trisno Nugroho. Kata dia, sesuai dengan SE Gubernur No. 3355, penerapan tatanan kehidupan era baru tidak hanya mengedapankan pada protokol kesehatan berupa pakai masker, cuci tangan dan jaga jarak, tetapi juga harus mencakup kegitan penyelesaian transaksi pembayaran secara nontunai atau berbasis digital yang antara lain dengan menggunakan QRIS.
QRIS BI menjadi salah satu solusi alat pembayaran digital yang dapat diaplikasikan di semua sektor yang menuntut semuanya harus serba cepat, mudah, murah, dan aman. Dengan QRIS, seluruh aplikasi pembayaran dari penyelenggara manapun baik bank dan nonbank yang digunakan masyarakat, dapat digunakan di seluruh toko, pedagang, warung, parkir, tiket wisata, donasi (merchant) berlogo QRIS, meskipun penyedia QRIS di merchant berbeda dengan penyedia aplikasi yang digunakan masyarakat.
Selain itu, QRIS sebagai kanal pembayaran juga menjadi solusi untuk membangkitkan sektor pariwisata dalam tatanan kehidupan era baru karena mendukung faktor clean, health, safety, and environment sustainability (CHSE) karena meminimalkan kontak fisik dalam bertransaksi. Dengan Unggul, penggunaan QRIS yang universal bersifat inklusif untuk seluruh lapisan masyarakat dan dapat digunakan untuk transaksi pembayaran di domestik dan luar negeri.
Selanjutnya gampang, masyarakat dapat bertransaksi dengan mudah dan aman dalam satu genggaman ponsel. Untung, transaksi dengan QRIS menguntungkan pembeli dan penjual karena transaksi berlangsung efisien melalui satu kode QR yang dapat digunakan untuk semua aplikasi pembayaran pada ponsel. Terakhir, langsung, transaksi dengan QRIS langsung terjadi, karena prosesnya cepat dan seketika sehingga mendukung kelancaran sistem pembayaran. “Menggunakan QRIS, masyarakat diuntungkan karena bisa melakukan transaksi finansial di mana saja dan kapan saja tanpa perlu membawa uang tunai,” katanya.
Sejak diperkenalkan 17 Agustus 2019, QRIS unggul memberi beragam manfaat dan keuntungan bagi masyarakat maupun merchant. Masyarakat kini tidak perlu lagi bertransaksi dengan uang tunai karena dengan menggunakan ponsel pembayaran bisa terselesaikan dengan cepat. Tidak bersentuhan dengan benda lain seperti menggunakan kartu kredit atau kartu ATM ke kasir, termasuk tidak perlu memasukkan PIN.
Merchant pun merasakan manfaat karena dapat menunjang kemajuan bisnis, di antaranya terhindar dari proses pembayaran secara tunai dan biaya pengelolaan uang tunai hingga penerimaan uang palsu. Merchant juga semakin mudah dan efisien dalam melakukan proses administrasi karena setiap transaksi tercatat secara otomatis.
Dari aspek ekonomi dan sektor pariwisata seperti di Bali, QRIS dinilai dapat berkontribusi positif. Sistem pembayaran ini memudahkan wisatawan mancanegara bertransaksi di berbagai merchant yang menerima QRIS. Dengan QRIS, siapapun yang datang ke mana pun dapat memilih penggunaan metode pembayaran dengan menggunakan QR.
Itu dibuktikan dari peran BI Bali yang terlihat dari “Deklarasi Program Kepariwisataan Dalam Tatanan Kehidupan Bali Era Baru dan Digitalisasi Pariwisata Berbasis QRIS” di berbagai objek wisata di seluruh Bali. Upaya itu wujud respons KPw BI Bali atas pandemi Covid-19 yang telah menyebabkan perekonomian di Pulau Dewata mengalami kontraksi yang cukup dalam. Kampanye penggunaan QRIS juga dilakukan kepada pasar, DTW serta atraksi seperti di Uluwatu, di Monkey Forest. “Terakhir, kami melakukan kerja sama dengan TNI untuk penggunaan QRIS,” imbuhnya.
Untuk itu, diharapkan keberadaan merchant yang menyediakan QRIS di daerah wisata bisa terus bertambah. Harapannya, para wisatawan dari dalam dan luar negeri dapat merasakan kemudahan dan kenyamanan saat bertransaksi. QRIS dapat dipakai di semua lini, seperti hotel, restoran, tempat rekreasi, pusat oleh-oleh, hingga ke pedagang di pasar tradisional.
Untuk mendukung hal tersebut, bank sentral mengakui memperpanjang penyesuaian atas MDR QRIS menjadi 0 persen khusus untuk merchant dengan kategori usaha mikro (Umi) dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang sebelumnya hingga 30 September 2020 kini sampai akhir Desember 2020. Melalui kebijakan ini, diharapkan akseptasi QRIS semakin luas, dalam rangka mendukung program pemulihan ekonomi dan pengembangan UMKM.
Sementara itu, berdasarkan data DKSP BI, perkembangan jumlah merchant QRIS di wilayah Bali hingga 23 Oktober 2020 sebanyak 147.792 merchant, dengan target hingga akhir tahun 2020 adalah sebanyak 200 ribu merchant. Peningkatan jumlah merchant selama awal 2020 (1 Januari-23 Oktober 2020) mencapai 480 persen. Sedangkan, peningkatan selama pandemi Covid 19 (1 Maret-Oktober 2020) meningkat 131 persen. Dari jumlah merchant QRIS di Bali, sebanyak 53 persen di antaranya adalah usaha mikro, 23 persen usaha kecil, 17 persen usaha menengah, 7 persen usaha besar dan 1 persen lainnya. Kondisi ini mengantarkam Bali masuk 10 besar secara nasional untuk jumlah merchant QRIS terbanyak.
Berdasarkan data pemetaan jumlah QRIS di Bali menunjukkan tertinggi di Denpasar 49 persen atau 70.450 merchant. Sebaran di Kabupaten Badung merupakan yang terbanyak kedua di Bali dengan pangsa 27 persen atau sebanyak 40.774 merchant. Selanjutnya, Gianyar mencapai 8 persen atau 11.281 merchant. Buleleng 6 persen atau 8.829 merchant, Tabanan 6.326 merchant (4 persen), Karangasem 2.305 merchant (2 persen), Klungkung 2.259 merchant (2 persen), Jembrana 2.216 merchant (1 persen) dan Bangli 1.352 merchant (1 persen).
Meningkatnya jumlah merchant QRIS di Bali ini membuktikan adaptasi digitalisasi ekonomi dan keuangan kian meningkat. Dengan QRIS, memudahkan masyarakat untuk tetap dapat bertransaksi maupun berdonasi secara aman, cepat, dan efisien terutama di tengah pandemi Covid-19. Selain itu, QRIS dapat digunakan untuk mendorong digitalisasi UMKM.
Digitalisasi ekonomi dan keuangan bukan lagi sebuah pilihan namun suatu keharusan di era digital dan era Covid 19. Bank sentral pun akan terus mendorong penggunaan transaksi nontunai bersifat contactless yang lebih Cemumuah (cepat, mudah, murah, aman, handal) di semua lini usaha di Bali. Penggunaan digital payment sejalan dengan pergeseran interaksi antarmanusia saat ini. Masyarakat bertransaksi menggunakan pembayaran berbasis digital di pasar tradisional harus terus ditingkatkan, termasuk soal edukasi dan sosialisasinya. Karenanya peran perbankan sangat diperlukan untuk menyediakan barkode QRIS.
Terkait hal itu Dirut Bank BPD Bali, Nyoman Sudharma menyatakan, bank terus melakukan edukasi kepada masyarakat maupun ke pelaku UMKM terkait manfaat penggunaan transaksi nontunai berbasis QRIS. Selain itu bank juga berusaha makin menambah jumlah merchant. “Untuk memudahkan transaksi kami menargetkan ada 10 ribu merchant QRIS di Bali hingga akhir tahun. Saat ini lebih 7 ribuan merchant yang sudah menerapkan QRIS,” katanya.
Diakui, sampai hari ini BPD Bali dan Bank Indonesiq (BI) terus mengedukasi masyarakat untuk bertransaksi dengan QRIS. Bertransaksi dengan QRIS jadi lebih sehat, cepat, mudah, aman dan andal, sehingga membawa manfaat bagi pelaku UMKM dan masyarakat. Tidak hanya itu, penerapan QRIS juga mendorong pertumbuhan ekonomi keuangan digital.*dik