Mangupura (bisnisbali.com) –Pemerintah Australia belum memperbolehkan warga negaranya untuk berwisata ke Bali hingga akhir tahun 2022 atau sampai ada vaksin dan obat Covid-19. Keputusan Australia ini pun akan sangat berdampak pada sektor pariwisata Bali.
Wakil Ketua PHRI Bali yang juga Ketua PHRI Badung, I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya, Kamis (15/10) kemarin, mengaku prihatin terhadap keputusan Pemerintah Australia tersebut. Hal itu menjadi ancaman serius bagi perkembangan pariwisata Bali.
“Hal ini mengingat Bali selama ini menjadi destinasi terfavorit bagi wisatawan Australia. Bahkan, Bali menjadi second home bagi tamu dari negeri kangguru itu. Australia selama ini selalu menduduki posisi nomor satu sebagai penyumbang wisatawan terbesar untuk Bali. Seperti tahun 2019 lalu, jumlah wisatawan Australia sebanyak 1,27 juta orang, sedangkan Tiongkok 1,12 juta,” ucapnya.
Guna mengalihkan target kunjungan ke negara lain tidaklah mudah, apalagi di masa pandemi Covid-19. Padahal di Bali ada 146 ribu kamar hotel yang harus diisi. Apalagi sejumlah negara lain juga belum membuka diri. ‘’Kita sangat mengharapkan wisman, namun saat ini beberapa negara masih tertutup untuk kunjungan wisatawan,’’ ujar Suryawijaya.
Sebagai langkah tetap memperkenalkan pariwisata Bali ke seluruh dunia, pihaknya sudah beberapa kali melakukan virtual promotion dengan beberapa negara. Kegiatan ini bertujuan meng-update informasi terkait pariwisata di Pulau Dewata dalam persiapan dibuka kembali, seperti verifikasi hotel, restoran dan penerapan protokol berbasis CHSE.
“Dari virtual promotion dengan beberapa negara seperti Australia, India, Jepang, Korea, Belanda dan sejumlah negara potensial, hasilnya sebagian besar mengharap Bali masih menjadi the most favorite tourism destination,” katanya. *kmb