Tabanan (bisnisbali.com) –Dipercaya bermanfaat untuk menjaga imun tubuh, membuat jamu atau ramuan herbal menjadi komoditi yang makin dicari konsumen di tengah penyebaran virus Covid-19. Kondisi tersebut menyebabkan sejumlah pelaku usaha ramuan herbal mengantongi lonjakan permintaan pasar sekaligus omzet yang naik signifikan dari biasanya.
Pemilik usaha Padma Medikal Husada (Padma Herbal), Bagus Arya Kusuma, Selasa (6/10) mengungkapkan, selama pandemi ini ketertarikan masyarakat terhadap beragam ramuan herbal menjadi meningkat. Penyebabnya, ramuan herbal dipercaya masyarakat sebagai bahan baku alami yang efektif dalam membantu menjaga kesehatan sekaligus imun tubuh dari ancaman penyebaran virus.
“Awal masa pandemi atau Maret 2020 lalu penjualan ramuah herbal naik signifikan. Hal sama juga terjadi pada penjualan jahe merah yang meningkat, meski saat itu harga jahe merah ini naik hingga Rp200 ribu per kg karena minim produksi,” tuturnya.
Jelasnya yang juga merupakan Ketua International Council For Small Business (ICSB) Kabupaten Tabanan, peningkatan permintaan pasar pada awal masa pandemi sekaligus membuat pendapatan omzet mengalami lonjakan hingga 100 persen dari bisanya yang rata-rata mencapai Rp 50 juta per bulan. Akuinya, kemudian seiring waktu dengan masa pandemi yang cukup lama dan juga mulai menurunnya daya beli konsumen, kondisi tersebut berpengaruh pada tingkat penjualan bisnis yang mengalami fluktuatif, khususnya terjadi mulai Juli 2020 lalu hingga saat ini.
“Sejak Juli angka penjualan yang sebelumnya alami tren lonjakan, mulai mengalami pergerakan fluktuatif tiap bulannya. Namun, jika dilihat secara rata-rata dibandingkan dengan sebelum pandemi, kondisinya penjualan masih berada di kisaran stabil selama ini,” ujarnya.
Paparnya, secara umum pendapatan usaha masih stabil saat ini. Itu disebabkan, karena selain ditopang tren mengkonsumsi ramuan herbal yang sudah jadi gaya hidup. Saat ini menurutnya, pendapatan usaha juga banyak ditopang dari adanya kecenderungan kalangan masyarakat yang mulai melirik untuk membudidayakan tanaman herbal, sehingga kondisi tersebut berpengaruh pada meningkatnya pembelian bibit tanaman herbal saat ini. Yakni, rata-rata melayani penjualan bibit 50 kg-100 kg per bulan.
“Kini nampaknya banyak kalangan melihat potensi tanaman herbal ini memiliki potensi bisnis. Sehingga selain dikonsumsi untuk kebutuhan pribadi, konsumen bibit tanaman herbal ini juga mulai melihat celah bisnis untuk dikembangkan dalam bentuk sejumlah olahan yang bisa mendatangkan pendapatan,” tandasnya.
Selain itu sambungnya, pendapatan bisnis juga banyak ditopang dengan adanya program ASN peduli yang merupakan program dari Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan, dan juga pemasaran dengan memanfaatkan platform digital yang sekaligus menjadi kiat bisnis yang efektif di tengah keterbatasan ruang gerak pemasaran dampak dari pandemi Covid-19 sekarang ini. Akuinya, di tengah pandemi ini untuk menjangkau pasar, pihaknya langsung ke konsumen melalui digital media dan sosial media.
“Potensi pasar dengan pemasaran platform digital ini sangat besar dan efektif. Sebab, hampir sebagian besar konsumen menggunakan ponsel yang jadi alat penyampaian informasi terkait penjualan. Disisi lain, konsumen pun juga dipermudah bisa mengetahui jelas terkait produk, tanpa harus datang ke toko,” kilahnya.*man